13 October 2009

Cukup Engkau Bagiku

Aku berjalan dari titik nadirku
Untuk menjemput cintaku
Bukan cinta yang melemahkan
Bukan pulayang menggelapkan
Melainkan yang menguatkan
Dan ‘tak henti menerangi

Hati yang berjelaga ini menanti siraman embun
Jiwa yang hampa ini mendamba sentuhan lembut
Bersama rindu yang menggebu
Aku berusaha menghampiriMu

Aku jauhkan gemerlap hidup
Aku relakan rasa itu menyiksa jiwa
Asal tak kau tinggalkan aku sendiri
Juga ‘ku pasrahkan pasangan hati ini
Untuk Kau genggam
Dan Kau pelihara hingga bersemi

Rabb, kucukupkan Engkau satu bagiku
Agar tak goyah pijakanku
Tak jua limbung hidupku
Meski jiwa-ragaku masih penu debu
Masih terseok pula mendekatiMu

Rabb, demi Engkau kuperjuangkan cintaku

11 October 2009

Sepenggal Cerita dalam Mencinta



Hari itu, saat rinduku kian membuncah untuk bertemu, menatap, mencium dan bermain bersama mereka. Ya, bersama mereka, anak-anak yang mungkin kurang beruntung dari pada keadaan kita yang masih memiliki orang tua dan keluarga utuh yang selalu menyayangi dan mencintai kita. Di sana, di tempat itu aku belajar banyak hal, terutama untuk dapat mencintai tanpa pamrih. Saat itu memang terasa berbeda, suara ramai para bayi dan batita tak senyaring biasanya. Ada yang janggal batinku, lalu kuhampiri mereka satu-persatu, dan kejanggalan itu pun terjawab. Sahabat, ternyata sebagian dari mereka sedang mengalami sakit karena cuaca beberapa hari itu memang kurang bersahabat. Aku pun merasa iba pada mereka, lantas ku gendong salah seorang dari mereka yang saat itu sedang sendirian, seorang bayi yang sudah cukup ku kenal itu terlihat sangat pendiam. Tak seperti biasanya yang memang dikenal sebagai bayi yang sehat dan aktif. Tatap mata yang biasanya berbinar saat itu berubah nanar. Bibir mungil yang biasanya penuh senyum pun mengatup, menahan kelu dan mungkin rasa mual. Badan kecil itu pun terasa hangat, melemah pasrah dalam pelukan. Sahabat, apa yang kalian rasakan jika kalian menjadi diriku?? Aku sendiri merasa memiliki naluri untuk benar-benar mencintai bayi tersebut, meskipun aku bukan siapa-siapanya. Aku serasa memiliki anak yang saat itu hanya bisa ku timang dan ku tatap hingga terlelap dalam timangan. Pedih, ketika melihatnya terlelap damai dengan tangan yang memegang erat bahuku, seakan ingin berkata bahwa dia ingin terus dipeluk dan ditimang. Entah mengapa pikiranku tiba-tiba melayang, membumbung pada sesosok wanita hebat yaitu ibuku. Aku menjadi sedikit mengerti betapa orang tua akan merasa nelangsa ketika melihat anaknya sakit. Aku malu pada Allah, Tuhanku yang telah mengaruniakan padaku orang tua yang sangat baik, sayang dan mencintaiku dengan tulus. Aku juga malu karena selama ini kurang bisa memuliakan orang tuaku. Aku sadar, cinta tulus mereka takkan tergantikan oleh apapun yang dapat aku berikan pada mereka. Maka, saat itu pula hatiku sempat berbisik, semoga Tuhan mengampuni dosa-dosa orang tuaku, memudahkan urusannya, memuliakan mereka dan membalas kebaikan mereka kepadaku dengan kebaikan yang lebih baik yang tiada putusnya. Sempat pula terucap di hatiku, semoga anak-anak yang saat ini masih kurang beruntung, selalu dalam lindunganNya, dimudahkan kehidupannya pada jalan kebaikan dan dilapangkan rizkinya. Dari itu pula aku pun kian mengrti bahwa cinta itu universal, dapat dirasakan semua makhluk bahkan yang tak saling mengenal sekali pun.
Malam harinya, aku merasa semakin rindu sosok ibu. ku ambil hand phone lalu ku tulis dan ku kirim beberapa baris kata ungkapan cintaku untuknya dengan iringan air mata syukur pada Yang Kuasa..
Terakhir, aku akan terus belajar mencintai, hanya karena-Mu wahai Illahi Rabbi…
Karena mencintai pastilah memberi, memberi itu lebih baik dari sekedar menerima,
dan jika hanya untuk memberi tidaklah pasti harus mencintai..
Karena cinta tulus takkan lekang dan terhapus…. ^_^

Be Traveler


(Lebaran Story Part 3)
Sebuah kotak besar berjalan yang lengkap dengan pendingin udara itu melaju menembus malam membawaku bersama dengan 40an orang keluarga besarku menuju Jawa Timur. Malam itu, udara dalam kotak itu sedikit menyiksaku, mengganggu kantukku, memaksaku untuk tak terpejam karena hawa dingin yang cukup menusuk.. Ada rasa bosan, karena kagembiraan dan keceriaan membeku, bersama lelapnya orang-orang di dalam kotak besar itu. Untunglah akhirnya aku bisa menghibur diri dengan bernyanyi lirih, ditemani beberapa makanan ringan setengah berat di tanganku yang sedikit demi sedikit mulai berkurang karena masuk ke mulutku (biasa, ngemil hehe…) Lama kelamaan asyik juga menikmati suasana malam dalam perjalanan, melihat beberapa bintang di langit, sinar lampu dan pepohonan yang menjulang tanpa teman. Setelah lewat malam, dengan menyisakan satu macam kue, lelap ku pun berujung di dunia lain setelah ku masukkan kue tersebut di tas kecil yang ku bawa (hoammm…. ^_^)
Menjelang pagi, suasana sedikit berbeda, mulai terasa adanya kehidupan di kotak besar itu, celetuk beberapa orang mulai menghangatkan suasana yang berjam-jam sebelumnya sempat membuatku bosan dalam kebekuan malam.. kotak besar pun berhenti di depan masjid Agung yang berukuran medium karena tak terlalu besar menurutku (rasanya agak janggal jika disebiut masjid Agung, tapi tak apalah, toh tak penting aku memikirkan itu…). Beramai-ramai kami keluar dari kotak menuju tempat untuk mengambil air di masjid itu, tak ku lewatkan kesempatan untuk sepanjang jalan menebarkan pandangan ke segala penjuru menikmati suasana yang masih terasa asing bagiku.. Shalat berjamaah pun terasa semarak katika rombongan kami datang berbondong-bondong memenuhi deret demi deret shaf yang sebelumya lengang. Pagi itu memang terasa indah, ada kebersamaan dan canda yang kami habiskan hingga mentari tak lagi malu menampakkan diri.. hmm, pastinya ada juga adegan-adegan yang sengaja aku curi melalui kamera yang pagi itu selalu ku genggam, (hehe…). Tapi, pose yang menjadi top pagi itu tetap hanya satu yaitu ketika ibuku berpose bersama kakak perempuannya di depan rumah seseorang yang tak dikenal dengan memegangi bunga-bunga yang bermekaran, mirip benget gaya anak-anak TK yang bermain di taman bunga (tapi hasilnya memang ajaib banget, gambar yang unik dan langka..). Perjalanan pun berlanjut hingga bus besar yang membawa kami itu berhenti di dalam sebuag gang (saat itu bus besar berwarna merah itu cukup menarik perhatian banyak orang karena keberadaannya yang tak lazim..). kami pun kembali berjalan berbondong-bondong dengan membawa barang bawaan masing-masing mirip banget dengan orang yang mau mengungsi.. Sesampainya di rumah yang kami tuju, bahkan sebelum disambut pun bebarapa dari kami langsung memasuki rumah, duduk-duduk bahkan ada yang langsung antre mandi. Setiap orang beraktivitas sesuai dengankebutuhannya sendiri-sendiri hingga acara keluarga pun dimulai. Tak seperti biasanya, acara keluarga kali ini terasa lebih cair karena sudah banyak hal yang mencairkan kami di kotak besar yang membawa kami semalaman, hingga acara yang biasanya fresmi pun menjadi acara yang lebih bersahabat bagi setiap kalangan tak memandangapakan anak-anak, remaja, orang tua maupun tetua. Semua berbaur menjadi satu dalam pembahasan tiap point penting dalam trah keluarga besar ini. Semakin hangat terasa ketika pose-pose kami tertangkap jepretan kamera yang mewarnai suasana. Memang, tak seperti pembahasan biasanya, karena tujuan besar kali ini adalah untuk mewariskan nilai nilai kekeluargaan pada generasi yang muda, maka usulan-usulan dari ‘yang muda’ banyak yang tertampung. Menjadi kian ramai, karena keberadaan keluarga nantinya akan di kelola juga pada situs jejaring facebook dalam sebuah group sebagai solusi bagi keluarga yang selama ini tinggal jauh misal: mengikuti suami di luar Jawa, menuntut ilmu atau pun bekerja di luar negeri (usulan yang baik menurutku, karena tak lagi membatasi pertemuan langsung, namun dimana pun berada..online terus deh, buat menjaga silaturrahim,hehe…). Acara tersebut ditutup dengan makan besar denga menu yang tak kalah enak dengan saat sarapan pagi, mak nyuss banget.. ^_^. Setelah perut terisi, perjalanan pulang pun menunggu kami dengan didahului shalat yang kami qashar (dalam hal ini adikku yang paling kecil seneng banget, karena dia gak perlu shalat 2 kali, haha…), namun, gara-gara adik-adikku cukup usil mengutak atik tas kacilku, mengkibatkan hal yang tak mengenakkan terjadi yaitu seperangkat barang berhargaku tertinggal (kaca mata, charger, alat tulis dan barang -barang kecil lainnya). Uuh, keki juga jadinya ketika perjalanan berlanjut dan ketika hampir sampai rumah baru kuketahui barang-barang itu tak lagi ada. Ujung perjalanan yang sangat mengasyikkan, penuh dengan canda yang nyanyian anak kacil bersahutan berubah hambar jadinya.. Namun, tak pantas juga menyalahkan anak kecil, yah.. sepotong perjalanan yang indah pasti semakin berkesan dengan adanya kerikil tajam yang dapat mengganggu perjalanan, begitu bukan??
Hari-hari selanjutnya aku menjadi punya pengalaman baru karena ketika aku berkendara motor dengan kecepatan tinggi, yaitu mau tak mau harus ikut mendengarkan komando adikku yang memboncengku, haha.. meskipun berkendara sendiri juga sebenarnya sanggup adikku saja yang kuatiran… (asal tidak pada malam hari dengan tanpa kaca mata, bisa-bisa tak sampai sampai saking hati-hatinya,hehe…). Pesan moral: jagalah mata, karena mata adalah jendela dunia… ^_^

06 October 2009

My Travel


Part 2 Lebaran Story)
Lebaran hari ke-2. Pagi di Wonosobo memang mengesankan, dinginnya, brrrr.. meskipun begitu, perjuangan harus tetap di pertahankan terutama untuk shalat subuh dan mandi pagi dengan diiringi gemeretak suara gigi yang saling beradu karena kedinginan. Pada pagi itu ada kabar kurang mengenakkan terutama bagi Om ku karena salah satu pabrik milik perusahaan yang dikelolanya terbakar sehingga harus cepat kembali ke tempat urbannya. Untungnya acara kami masih bisa terkendali, meski ada sesuatu yang kurang disana. Siang harinya, aku kembali ke Magelang, ke ‘my sweet home’ yang sesweet pemiliknya ini, hehe.. Lagi-lagi di Magelang ada kabar kurang enak, dirumahku tuh, airnya tiba-tiba mati, padahal cucian udah menumpuk segunung (tergantung gunung yang mana dulu sih..), mana mesin cuci juga jadi rewel gara-gara ga’ ada air, huh.. Untung akhirnya keadaan tersebut tak berlangsung lama dan kami pun dapat melanjutkan perjalanan untuk bersilaturrahim ke tetangga baik dekat maupun yang lumayan jauh. Seneng sih, bisa jalan-jalan bareng keluarga, cuci mata, dimaafin, dapet pahala lagi (semoga), hehe.. meskipun begitu, bagiku seringkali ada siksaan tersendiri ketika bersilaturrahim di banyak tempat sekaligus, dapat ditebak bahwa siksaan yang tak sengaja ku rasa yaitu pada waktu diminta sang empunya rumah yang kami kunjungi untuk makan dan meminum minuman yang telah dibuatkannya, pastinya mau ga mau harus aku makan dan minum yang itu membuatku seperti ratu (karena diperlakukan dengan baik, maklumlah tamu itu kan ratu/raja), tapi lebih pantas disebut ratu yang digelonggong kali yaa.. (soalnya makan & munumnya terus-terusan dari rumah ke rumah, saat itu aku sempat membayangkan betapa nelangsanya menjadi sapi yang digelonggong, hiks… ). Tapi aku salut banget pada warga di daerahku yang bener-bener menghormati banget para tamunya, asal bukan pada tamu yang tak diundang (bisa gawat nanti..). Malam harinya usai shalat Isya’ gantian rumahku yang dibanjiri para tamu, kebanyakan para pemuda-pemudi gitu, seneng rasanya banyak orang yang datang ke rumah, cuma kadang kaget juga ketika kami sekeluarga dalam keadaan yang ‘kurang siap’ baik fisik maupun mental (karena cukup membuat kami kacau dalam ‘berdinas’ hehe..).
Hari ke-3 lebaran. Hampir semua anggota keluargaku pagi itu kesulitan membuka mata karena kegiatan hari-hari sebelumnya yang cukup menguras tenaga, terutama untuk dua bocah SD yang tak lain adalah adikku sendiri, sehingga untuk membangunkannya butuh ‘keahlian khusus’ yang bisa membuat mereka berdua bangun tanpa perasaan yang kacau namun kocak (maksudnya??). Sungguh pagi yang sangat sibuk bagi kami mengingat pagi itu banyak hal yang harus kami selesaikan untuk dapat berangkat pagi ke Klaten untuk melaksanakan hajat akbar tahunan yaitu pertemuan trah keluarga dari pihak ayahku yang berasal dari Boyolali itu. Pada tahun sebelumnya, kami sekeluarga pasti menyempatkan diri untuk ke kota asal ayahku, namun setelah nenek kami meninggal, budaya ke tempat bersejarah itu seringkali kami jadwalkan di selain hari libur lebaran. Perjalanan pagi itu cukup lancar karena kami mendahului ‘jam macet’, meskipun untuk berangkat pagi kami harus merelakan camilan yang telah kami siapkan tertinggal (jadilah saat itu aku menjadi sangat pendiam tanpa camilan, meskipun jika ada camilan boleh jadi aku jadi lebih diam karena sibuk makan..^_^). Sesampainya di sana, kami disambut hangat oleh keluarga ‘sangat besar’ kami, maklum jumlah keluarga trah kami lebih dari 200 orang, terbayang kan gimana hebohnya... (cerita tambahan: lebaran 2 tahun lalu perkumpulan trah diadakan di rumahku, kala itu kami sampai harus menyewa tenda, meja kursi, catering, dll yang membuat para tetanggaku (yang jauh dari rumah) bertanya-tanya, bahkan banyak yang mengira ada acara walimahan di rumahku dengan aku sebagai tersangka utamanya (aku sendiri cuma bisa tersenyum agak manyun -tapi ga’ keliatan- jika ada yang menanyakannya padaku ^_^ konyol gitu..). Intinya seru banget punya keluarga yang sangat besar yang masih bisa saling bertemu (meskipun tidak mutlak harus berangkat dan bisa bertemu). Oh ya, jika di keluarga besar ibuku aku banyak teman seangkatan, berbeda halnya dengan pada keluarga besar ayahku, sebagian besar sepupuku telah berkeluarga sehingga aku menjadi bagian dari kaum minoritas dan rasanya agak aneh juga jika aku terlalu dekat dengan mereka mengingat mereka telah memiliki suami/istri bahkan anak (maklum kebanyakan dari mereka menikah muda baik setelah lulus kuliah, maupun saat masih kuliah, -masih menjadi tanda tanya apakah aku akan mengikuti jejak mereka atau tidak, ada yang tau??-). Tentunya banyak hal yang aku dapat dari pertemuan itu, baik ilmu maupun jaringan juga pengalaman karena kepengurusan keluarga yang solid dan terorganisir dengan baik. Siang harinya, perjalanan pun berlanjut di kediaman tanteku di Solo. Di sana, kami disambut suasana yang lebih lapang (karena ga banyak orang), hmm bau bayi juga terasa dengan keberadaan adek sepupuku yang baru berumur 5 bulan. Bisa ditebak bahwa aku takkan melewatkan saat-saat bisa bermain bersama si dedek. Ternyata adik-adikku yang 3 orang itu juga tak mau kalah, terutama yang cowok sendiri. Soalnya dia di sana punya teman cowok, ga kayak dirumah yang semuanya cewek.. Tapi, untuk masalah bermain bayi tentu aku menjadi yang terdepan diantara mereka. Kurang lebih 3 jam aku lewati untuk bermain dan menggendong si dedek kecil sampai-sampai poros tanganku serasa bergeser beberapa derajat (saking lamanya menggendong pakai tangan, tanganku sempat menjadi aneh ketika digerakkan.. bukan bergerak ke depan belakang tapi agak melenceng miring gitu…) yang aneh lagi, biasanya si dedek ga mau diajak orang lain selain kedua orang tuanya dan nenek-kakeknya, eh saat dia bersamaku malah sempat beberapa kali ga’ mau diajakin ma ortunya (nah lo,, bingung kan? Aku juga bingung.. padahal aku tetap mandi pake air biasa lho ga’ pake lem sedikitpun..). Sorenya, kami berkutat dengan berbagai makanan yang menggoyang lidah, termasuk yang membuat alergiku ikut serta meramaikan sore itu, hingga malam mengantarkan kami ke pulau kapuk dan membawa kami ke negeri seberang (Jawa Timur) untuk menunaikan hajat akbar ke-2 yaitu perkumpulan trah dari keluarga besar Ibuku di Tulung Agung yang tentunya lebih seru..

bersambung di Part 3
(don't miss it yaph ^_^)

01 October 2009

LEBARAN STORY



PART 1....

___sebenarnya aku bukanlah orang biasa mempublikasikan pengalaman dan kegiatanku, tapi entah mengapa lebaran kali ini terasa begitu berwarna bagiku, semua rasa tercampur menjadi satu bak rujak yang segar dan berasa nano-nano gitu deh... meskipun lebaran tahun-tahun lalu sebenarnya gak kalah seru, tapi.. udah basi kali yaaa... penasaran kan?? Simak terus yaaa..ok.. ^_^____
Entah apa yang teman-teman rasakan , namun bagiku Ramadhan kali ini terasa sangat cepat berlalu, ada rasa sesal ketika aku meninggalkan Ramadhan, boleh jadi karena memang rutinitasku yang lebih banyak berkutat pada hal-hal duniawi dan baru ‘terjaga’ setelah rutinitas itu mulai surut pada beberapa hari di akhir Ramadhan. Perbedaan yang paling mencolok antara Ramadhan kali ini dengan yang sebelumya yaitu pada Ramadhan ini aku mulai bisa mengendarai sepeda motorku dan mulai mengkhiri statusku dari “parasit” yang kemana-mana cuma bisa nebeng menjadi “parasut” yang lebih berguna (bisa dipake terjun payung, mukena, baju, de el el). Meskipun masih belajar, tapi kata teman-temanku aku cukup nekat, eh ternyata seru juga ya bisa mengendarai sepeda motor.. jadi bisa belajar kebut-kebutan (nyaingin ayahku pada jaman dulu kali yaaa..) hmm, cuma jangan pernah tanyakan, jika aku berkendara di malam hari, aku akan sangat sopan berjalan hingga jika dilombakan dengan siput, mungakin malah siputnya kali ya yang menang, hihi...
Langsung aja deh ke cerita tentang lebaran.. Lebaran tahun ini ku awali di Kota Wonosobo, Kota kelahiran ibuku. Pada hari H, shalat Ied ku laksanakan di alun-alun Kota Wonosobo yang saat itu keadaan tempatnya masih dingin-dingin empuk, berselimut awan tipis, berhiaskan pohon-pohon di sekeliling, terwarnai oleh balon-balon yang dijual pedagang di beberapa sudutnya dan tentunya dimeriahkan oleh takbir yang diikuti oleh semarak tangis bayi yang ditinggalkan ibu-ibunya shalat (seru boo..) pastinya meninggalkan bekas yang dalam di hati ini. Acara selanjutnya yaitu sungkeman (bukan yang kayak di adat pernikahan jawa itu lho..) intinya, kita saling meminta dan memberi maaf pada nenek, om, tante, sepupu, dan kerabat lain, pastinya dengan dibumbui rasa haru dan lega di hati, ada senangnya juga sih terutama ketika mendapat salam tempel, hehe.. Setelah itu kami sarapan yang ke-2, perlu ku beri tahukan pada teman-teman bahwa kami selalu tak bisa menolak ketika diminta untuk makan bahkan sarapan berkali-kali. Karena rasa masakan nenekku yang tak terkalahkan. Mulai dari opor ayam yang membuat lidah bergoyang, rendang yang empuk dan ‘hot’, srundeng yang manis dan gurihnya pas banget, sup yang membuat air liur mengalir ketika melihat, juga opor kepala kambing+cabai hijau yang rasanya dasyat banget dan udah jarang ditemui ini menjadi menu primadona keluarga besarku tentunya semuanya dipadu dengan sambal dan ketupat khas lebaran (lezatnyaa.. bikin pengen lagi, dan lagi..)
Meskipun berada di tempat keluarga besarku aku tetap ber’dinas’lho, itu lho pake seragam kebesaran yaitu celemek kadang bantu2 masak, bikin minum, yang paling nyenengin kalo dapet tugas jadi baby sitter, senengnya... (asal ga’ diompolin atau di e’ein aja sih..) yang pasti lebaran ini aku akhirnya bisa mencapai salah satu tujuanku: menaklukkan para baby, yes..!! Perjalanan pun berlanjut ke rumah asli nenekku (masih di wonosobo) untuk ziyarah ke makam keluarga besar yang telah tiada, jadi ngerasa gimana gitu.. (umurku di dunia masih berapa lama lagi yaa... whaa, harus siapin bekal banyak nih!!! Ya Allah ampuni hamba...). Jeleknya, habis ziyarah aku langsung beli rujak yang dijual di ujung gang jalan mau ke makam (emang dari awal berangkat sebenernya udah ngebet pengen beli, hehe ^_^) dan untungnya adek-adek sepupuku mau nemenin beli, lumayan.. sore harinya, aku dan adek-adek sepupuku mein ke rumah kakak sepupuku, critanya sih sambil nunggu para ibu-ibu dan bapak-bapak kami musyawarah keluarga di rumah nenek. Tau gak, disana suasananya mistis banget, hawanya agak gimana gitu terus saat kita asyik cerita, tiba-tiba bel berbunyi sendiri tanpa ada yang mencet, dan kita langsung teriak kenceng2 gitu tanpa nunggu komando (maklum saat itu semuanya cewek, tapi emang serem sih..) itu berlangsung dua kali. Waktu magrib tiba.. eeh, lampu kamar mandi dan dapur mati, hiii tambah sereem..!!. untunglah setelah itu kami diboyong ke tempat lain, tapi ditengah jalan ternyata kita berkunjung ke satu keluarga lagi,, disana aku merasa takjub, bukan apa-apa sih cuma salah satu hobbiku tiba-tiba muncul disana yaitu ‘melihat langit’,, Subhanallah, langit pada saat itu indaaaaah banget, kayaknya baru pertama kalinya aku melihat langit malam seindah itu. Sampai-sampai, jika kepala ini menengadah ke atas tuh ya, serasa diluar angkasa gitu, bintang-bintang padat tumpah ruah di segala penjuru langit (wow..!!), tapi sayangnya berselang 15 menit ketika aku melihat langit lagi yang ada malah ganti awan mendung (heran, kok bisa ya berganti secepat itu???). Hmm, perjalanan pun dilanjutkan ke tempat bermalam kami yang sweet banget, tau kenapa? Karena semua keluarga berkumpul menjadi satu dan entah ke mana pun memandang akan terlihat berjajar anak-anak seperti pindang dijemur, bedanya sih cuma baunya aja yang gak amis, hehe.. Akhirnya malam itu, ku akhiri seharian yang melelahkan dengan cukup tragis, tanpa mimpi dan dengan berjuta tendangan dari adikku yang kebetuan tidur di sebelahku (ah, lebay…).
**********Sampai ketemu di PART 2**********

10 July 2009

Sekali lagi ‘tuk cinta sejati

Dalam sepi ku mulai menata hari
Dikala mentari mulai berpijar hangatkan bumi
Bersama mata yang mulai menyala
Dan raga yang bernyawa
Aku melangkah pergi dengan menggenggam erat tujuan
Berjalan, dan terus berjalan tanpa henti
Hingga akhirnya aku lelah dan pijakan ku mulai tak pasti
Maka uku pun berhenti sejenak
Berharap kan ada tempat bersandar untuk diri
Namun, hanya pemandangan yang membutakan yang ku dapati
Sesal, sesak didada membuatku ingin mencoba lagi
Menemukan jalan impian ditengah rumitnya persimpangan
Meski sulit, aku yakin inilah yang terbaik yang harus ku lalui
Aku akan mencoba, menjalani semuanya sekali lagi
Sekali lagi demi cinta sejati


Dalam kesendirian
7 juli ‘09

12 June 2009

Pertanian, Salah Satu Penyumbang Kerusakan Lingkungan


Semakin lama bumi semakin tua, semakin renta dan semakin sakit-sakitan karena berbagai masalah. Pencemaran lingkungan merupakan salah satu masalah yang menyebabkan bumi ini semakin sakit. Mengapa? Karena kemajuan teknologi ternyata banyak mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan di bumi ini. Salah satu contohnya yaitu dengan adanya ditemukannya plastik. Plastik merupakan polimer yang berbahan dasar minyak bumi yang biasa dijadikan sebagai tas plastrik, bungkus makanan, barang rumah tangaga, mainan dan yang lainnya. Penemuan plastik sebagai bahan baku berbagai produk yang kuat, ringan, dan tahan lama tentu sangat menguntungkan bagi yang menggunakannya, namun efek dari penggunaan plastik ini juga ternyata sangat mengerikan karena plastik tidak dapat terdegradasi hingga benar-benar habis dengan cara apapun. Bahkan ketika kita membakar plastik, pasti masih akan terdapat zat sisa yang dapat mencemari tanah dan juga akan menghasilkan gas dioksin yang dapat menyababkan kanker dan kemandulan (pasti ngeri donk..?!). Belum lagi kerusakan lingkungan akibat polusi dari asap pabrik, dan kendaraan bermotor yang dapat meracuni baik manusia maupun hewan yang menghirupnya dan gas-gas tersebut juga menjadi salah satu penyumbang terjadinya efek rumah kaca yang mengakibatkan suhu bumi bertambah panas.
Pertanian sendiri termasuk salah satu penyumbang terjadinya kerusakan lingkungan antara lain dengan pembukaan hutan untuk lahan pertanian juga seringkali mengaibatkan terjadinya kebaaran hutan dan banjir, penggunaan bahan kimia baik sebagai racun hama dan penyakit ataupun penggunaan pupuk kimia menyebabkan tanah menjadi sakit dan berkurang kesuburannya sehingga jika hal ini terus dibiarkan akan mengakibatkan produktivitas hasil pertanian yang semakin menurun. Bahan-bahan kimia ini juga dapat mengakibatkan terjadinya penyakit-penyakit baru pada manusia yang mengkomsumsi produk pertanian yang mengandung berbagai bahan kimia tersebut. Oleh karena itu, pada saat ini banyak didengungkan tentang pertanian organic sebagai solusi kerusakan dalam pertanian. Konsep pertanian organic ini yaitu dengan back to nature atau kembali ke alam (bahan alami) khususnya dalam penggunaan pupuk dan juga dalam penanganan hama dan penyakit. Dengan konsep ini lahan akan dapat pulih dari sakit dan akan mendapatkan kembali unsure hara yang sembat hilang. Selain itu, petani sendiri akan lebih mandiri khususnya dalam pengadaan pupuk karena tidak akan tergantung oleh pabrik pupuk kimia, disamping akan semakin menghemat pengeluaran untuk membeli pupuk. Namun, meskipun sudah terbukti dapat mengurangi kerusakan lingkungan dan lebih baik untuk kesehatan, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan untuk menjalankan pertanian organic. Berbagai tantangan menghadang seperti kebiasaan petani yang sudah terbiasa menggunakan bahan kimia yang lebih cepat terlihat “efeknya” daripada bahan organic, kesadaran petani akan kesehatan kurang, juga kebijakan pemerintah yang selama ini dirasa masih kurang berpihak terhadap petani dan yang terakhir karena kurangnya peran serta mahasiswa dan juga lembaga penelitian yang mau terlibat langsung ke lapangan untuk menangani berbagai permasalahan pertanian bersama petani. Nah, sekarang, sudah siapkah kita mengatasi berbagai masalah pertanian dan lingkungan lainnya? Jawabannya ada di tangan kita sebagai generasi penerus bangsa.

02 June 2009

Tempe, Makanan Murah yang Dipandang Remeh


Tempe, makanan asli Indonesia yang murah dan terkenal berbagai wilayah di Indonesia bahkan di mancanegara ternyata mempunyai banyak manfaat lho. Nggak percaya? Lihat saja dari bahan bakunya terbuat dari kacang-kacangan berperan dalam menyumbang protein dan zat gizi lain yang diperlukan.

Asam amino dalam proteinnya akan saling melengkapi dengan asam amino dalam protein beras/nasi, membentuk susunan asam amino sesuai dengan pola yang dianjurkan WHO.

Sedangkan jika dilihat dari segi segi gizi, kacang-kacangan mempunyai banyak keunggulan, antara lain: sumber protein yang murah, kaya asam amino lisin. Jika dicampur dengan biji-bijian, misalnya beras, gandum, jagung, akan membentuk susunan asam amino yang seimbang. Rendah lemak dan tidak mengandung kolesterol, Sumber vitamin B yang baik, sumber kalsium, besi, seng, tembaga dan magnesium yang baik. Rendah kandungan natrium dan sodiumnya, yang sangat penting bagi para penderita hipertensi atau tekanan darah tinggi yang harus mengkonsumsi makanan dengan sodium atau garam yang rendah. kacang-kacangan bersifat rendah kalori, rendah lemak dan rendah garam natrium.

Selain tempe berbahan dasar kacang kedelai, dan kacang-kacangan lainnya seperti kacang gude, kacang koro, kacang tanah, kacang lupin, kacang hijau, dan juga biji kecipir, ada juga tempe yang berbahan dasar non legum (nah lo, dari apa lagi tuh?) seperti tempe munggur, tempe bongkrek (dari bungkil kapuk atau ampas kelapa, terkenal di daerah Banyumas), tempe garbanzo (dari ampas kacang atau ampas kelapa, banyak ditemukan di Jawa Tengah), tempe biji karet (dari biji karet, ditemukan di daerah Sragen, jarang digunakan untuk makanan), dan tempe jamur merang dari jamur merang. (tuh kan bahan bakunya lengkap banget… ^_^).

Trus apa lagi keunggulan tempe? Sepotong tempe mengandung karbohidrat, lemak, protein, serat, vitamin, enzim, daidzein, genisten, serta antibakteri yang bermanfaat bagi kesehatan. Tempe berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif (arterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain).

Tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan yang ada dalam kedelai karena telah mengalami proses fermentasi (peragian oleh jamur tempe) sehingga efektif jika digunakan untuk mengatasi gizi buruk khususnya pada balita.

Pengolahan kedelai menjadi tempe akan menurunkan kadar raffinosa dan stakiosa, yaitu suatu senyawa penyebab timbulnya gejala flatulensi/kembung perut. Tempe juga dipercaya dapat mencegah anemia dan osteoporosis, dua andalan penyakit wanita yang malas makan karena takut gemuk (hehe, hayo yang lagi diet…).

Penelitian di Universitas North Carolina AS, menemukan genestein dan phytoestrogen pada tempe, yang berguna untuk mencegah kanker prostat, payudara, dan penuaan (aging). Beberapa narasumber kesehatan juga mengatakan bahwa nilai protein tempe setara dengan protein hewani lainnya dengan ukuran yang sama, bahkan tempe lebih baik bagi tubuh karena mengandung asam lemak yang tak jenuh sehingga tidak menimbulkan dampak kegemukan dan penyumbatan jantung ataupun kolesterol serta tidak menimbulkan terjadinya alergi.

Hanya saja banyak orang yang memandang remeh tempe yang seringakali dianggap memiliki kelas lebih rendah daripada makanan (lauk) berbahan hewani. Selain itu, banyak orang yang gengsi ketika membeli tempe karena sering dingagap makanan murahan yang kurang bergizi. Namun, setelah mengetahui manfaat tempe pasti kita akan berpikir ulang untuk memilih makanan murah yang sehat seperti tempe, atau tetap mementingkan gengsi dengan membeli makanan mahal yang tak terlalu bermanfaat? Pilihan ada di tangan anda… ^_^

01 June 2009

KITA DAN SURGA PERTANIAN INDONESIA

Kata orang, Indonesia adalah negeri yang kaya, subur, penyandang gelar “gemah ripah loh jinawi”. Indonesia menjadi incaran setiap mata, bak primadona, menjadi rebutan bagi setiap penguasa bumi. Ya, sejak dulu, dongeng indah tentang Indonesia diakui pernah ada, namun betapa miris jika ternyata kini masyarakat Indonesia banyak yang menjadi budak di negeri sendiri. Berbagai kekayaan tambang dan industri Indonesia dikuasai Negara Asing, tidak jauh berbeda dengan pertaniannya. Indonesia yang seharusnya menjadi “surga” pertanian dunia, harus menelan rasa pahit karena harus kalah dengan Negara tetangga yang notabene tidak sesubur Indonesia. Mimpi memang kadang tidak seindah kenyataan, tetapi haruskah kita berdiam diri saja? Tentu tidak, berbagai hal dapat kita lakukan untuk mengubah kenyataan yang kita terima saat ini. Sebagai orang yang langsung bersinggungan dengan dunia pertanian, seharusnya banyak yang bisa kita lakukan untuk menangani berbagai masalah pertanian.
Percaya nggak percaya, sepertinya kita tetap harus percaya bahwa kita dapat menjadi agen of change dunia pertanian Indonesia. Bagaimana caranya? Yaitu dengan cara menerapkan kemampuan yang kita miliki dengan sebaik-baiknya. Sebagai mahasiswa yang masih muda tentunya kita dapat menggali ide-ide kreatif dari beragam aspek yang dapat diupayakan untuk menjadikan sector pertanian ini menjadi lebih maju. Tentu upaya-upaya untuk mencapai tujuan ini akan saling berbeda antar kelompok atau individu tergantung dengan kemampuan yang kita miliki, seperti pepatah banyak jalan menuju Roma. Tentunya akan banyak jalan berbeda yang dapat ditempuh dan perbedaan ini bukan masalah selama main goal-nya masih sama. Contoh riil berbagai hal yang dapat kita lakukan misalnya dengan membuat kedelai jenis baru yang dapat menyaingi kedelai impor sehingga dapat menurunkan ketergantungan impor kedelai, menemukan bakteri halofil yang bersimbion dengan akar tanaman sehingga tanaman dapat ditanam pada lahan yang kadungan garamnya tinggi (misal tepi pantai), ataupun yang asidofil sehingga dapat ditanam di lahan gambut yang pH tanahnya sangat asam, dapat juga dengan menghasilkan biopestisida yang dapat menangani hama dengan efektif dan efisien tanpa menyebabkan efek samping yang dapat mengoptimalkan hasil pertanian dan meningkatkan nilai ekspor atau juga dengan membuat system pertanian baru yang dapat memperlancar proses produksi hingga pengolahan dan pemasaran serta pendayagunaan limbah pertanian sehingga efisiensi produk pertanian dapat meningkat. Terakhir, perlu juga adanya perubahan kebijakan pertanian yang dapat berpihak pada kemajuan sector pertanian seutuhnya.
Jika berbagai hal di atas masih terlalu berat untuk kita lakukan, pasti ada cara lain yang dapat kita lakukan sesuai kemampuan kita seperti dengan menghemat pemakaian beras atau juga dengan tidak menyisakan mekanan yang kita makan. Mungkin sebagian orang tidak percaya betapa besar penghematan yang kita lakukan jika kita melakukan hal ini, untuk membuktikannya mari kita berhitung sejenak. Penelitian menunjukkan bahwa tiap orang dalam sekali makan menyisakan sekitar 20-30 butir nasi. Sedangkan dalam satu gram beras itu terdapat kurang labih 80 butir beras. Jika setiap orang makan nasi setiap harinya sebanayak tiga kali maka nasi atau beras yang terbuang sekitar 60-90 butir beras yang setara dengan 1 gram beras perhari. Jumlah itu jika dikalikan dengan jumlah total penduduk Indonesia kira-kira 200 juta orang yang makan nasi (selebihnya dianggap memakan makanan pokok yang lain) maka pemborosan beras di Indonesia setiap hari yaitu sebesar 200.000.000 gram per hari setara 200 ton perhari. Jika kita ingin tahu berapa pemborosan dalam satu tahun, maka tinggal kita kalikan 365 hari maka pemborosan beras dalam satu tahun kurang lebih sebesar 73.000 ton. Padahal hal ini belum ditambah dengan cara memasak yang sering berlebihan ataupun adanya nasi sisa yang mengering di bakul tempat nasi ataupun di penanak nasi. Sekarang, waktunya kita untuk melakukan penghematan dengan tidak memubadzirkan makanan. Percaya kan kita dapat menjadi agen of change pertanian Indonesia?? Yuk kita mulai dari diri sendiri, tentunya dimulai dari sekarang… ^_^

16 April 2009

UNTUK SESEORANG YANG KUKENAL

Tak pernah hilang dari benakku
Tentang seesorang
Yang tak sepenuhnya kukenal
Dari kelana hati, dari mimpi
Dan dari jejak-jejak yang tlah terlawati
Hingga tinggalkan misteri di hati
Seringkali sekeras ombak menerjang bebatuan
Terkadang selembut angin menghempas dedaunan
Bahkan juga dingin membatu seperti mati suri

Untuk seseorang…
Ku yakin hatimu tak sekeras batu karang
yang ku tahu ceriamu lebih cerah dari kerlip sang kembara malam
serta senyummu yang lebih indah dari rekahan bunga kala fajar bersinar
maka, becerminlah dan lihatlah dirimu disana
berpijar indah bak lentera dunia

untuk seseorang di sana…
janglah terlena kerlip dunia fana
melainkan lihatlah apa adanya, meski sederhana
dan, terimalah uluran tangan ini
sebagai tanda mencairnya beku hati
bersamamu.. ingin ku lukis damai di jiwa

06 April 2009

Hiu punya anak tanpa kawin??

Taukah teman2,,
Sebagian ikan hiu ternyata memiliki sifat partenogenesis sehingga dapat melahirkan tanpa kawin. Contohnya seekor ikan hiu yang dipelihara di Virginia Aquarium & Marine Science Center.

Seperti dilaporkan Journal of Fish Biology, seekor anak ikan hiu yang hidup di sana dipastikan tidak memiliki jejak genetik hiu jantan. Hiu tersebut berasal dari spesies ikan hiu berpunggung garis dari laut Atlantik.

Kelahiran tersebut diketahui saat hiu betina bernama Tidbit yang dipelihara di akuarium selama 8 tahun tewas setelah menjalani perawatan selama setahun. Saat dilakukan nekropsi (otopsi), para peneliti kaget karena di dalam perut ikan sepanjang 1,5 meter dan berat 47 kilogram itu ditemukan bayi hiu sepanjang 25 centimeter. Lebih mengagetkan karena tidak ada hiu jantan di akuarium tersebut.

Ini merupakan laporan kedua peristiwa reproduksi aseksual pada ikan hiu. Ikan hiu baru diketahui memiliki sifat partenogenesis dari seekor anak hiu kepala martil yang lahir di Kebun Binatang Omaha, Nebraska.

"Kemungkinan partenogenesis biasa pada ikan hiu jika populasinya turun begitu rendah sehingga ikan hiu betina kesulitan mencari pasangan," ujar Mahmood Shivij, ilmuwan dari Guy Harvey Research Institute, Universitas Florida.

Dengan perkawinan biasa, seekor induk ikan hiu dapat melahirkan lusinan keturunan. Namun, dengan partenogenesis hanya melahirkan satu ekor anak.

Selain ikan hiu, pertenogenesis ditemukan pada amfibi, reptil, dan burung. Namun, reproduksi aseksual ini lebih banyak ditemui pada hewan-hewan tak bertulang belakang.

Wah2... aneh juga yaaa?.. moga g ada deh pada manusia... hmmmm :)

Dikutip dari http://www. kompas.com

Membaca, membuka cakrawala dunia

Seorang pemimpin dapat mengetahui segala hal dengan membaca. Orang berpendidikan yang jarang membaca dapat dikalahkan oleh orang yang tidak pernah sekolah sekalipun, namun rajin membaca. Banyak murid bahkan dapat lebih pandai daripada gurunya jika ia rajin membaca.


Mengapa dengan membaca?

Dalam konteks agama Islam, kata “bacalah” adalah perintah pertama dari Allah yang disampaikan pada Nabi Muhammad SAW melalui perantara melaikat JIbril. Pernahkah anda berfikir, mengapa harus kata ”bacalah” dan bukan kata yang lain?

Membaca adalah suatu aktivitas yang membutuhkan konsentrasi dan penalaran yang baik. Saat kita membaca, mata melihat deretan tulisan, dan otak menerjemahkan susunan huruf-huruf menjadi kata dan kalimat yang memberi arti. Ketika membaca, seseorang dapat menjelajah keluar “dunia yang sesungguhnya”, berkeliling menikmati indahnya kota-kota penting di setiap Negara, menemui orang-orang yang berada di belahan bumi yang lain, bahkan dengan membaca kita bisa menemui segala hal yang pernah ada ratusan tahun sebelum kita dilahirkan. Anak kecil yang dibiasakan dibacakan dongeng oleh orang tuanya ketika akan tidur biasanya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi karena adanya imajinasi dari dalam dirinya yang dapat membantu proses belajar anak-anak menjadi lebih optimal. Anak-anak yang terbiasa membaca sedari kecil akan mendapatkan tambahan pengatahuan yang tidak diajarkan di sekolah maupun yang tidak dia lihat dalam kehidupannya sehari-hari.

Seorang pembicara ternama, Jim Rohn, bahkan mengatakan bahwa kita dapat menjadi pakar dalam suatu bidang jika kita hanya mau menginvestasikan waktu 1 jam setiap hari selama 5 tahun untuk mempelajari buku-buku mengenai bidang tersebut. Hal itu baru jika kita mau meluangkan waktu 1 jam dalam sehari. Mari kita bayangkan jika kita membaca lebih dari 1 jam bahkan berjam-jam dalam satu hari, pasti akan lebih banyak bidang yang dapat kita kuasai. Akan lebih hebat lagi jika proses membaca itu sudah berlangsung sejak anak-anak, pasti masa tuanya hanya tinggal menunggu menuai buah dari ilmu yang telah tersimpan.

Namum sayangnya, kegiatan membaca sepertinya belum membudaya di negeri ini. Tingkat membaca Negara Indonesia yang sudah merdeka sejak tahun 1945 harus rela dikalahkan oleh tetangga sebelah seperti Malaysia, Singapura, bahkan Filipina yang baru merdeka beberapa tahun setelah Indonesia. Seharusnya kita bisa becermin pada Negara maju seperti Jepang yang mempunyai budaya gemar membaca, meskipun pada saat ini teknologi sudah semakin maju, namun budaya membaca di Negara yang pernah menduduki wilayah Indonesia selama 350 tahun itu tidak juga luntur tergerus derasnya arus perkembangan zaman.

Tidak salah jika semakin lama Indonesia semakin banyak dikalahkan oleh Negara lain. Tapi, yang pasti tidak ada kata terlambat untuk melakukan suatu hal yang baik dan perlu diingat bahwa penyesalan bukanlah penyelesaian. Yang perlu untuk kita koreksi adalah sudahkah kita dan orang orang di sekeliling kita mulai membaca? Jika belum, maka mulailah dari sekarang dari diri kita sendiri. Dengan begitu, kita memberikan kontribusi pada Negara ini demi kehidupan bangsa yang lebih baik.