05 December 2010

~Persembahan Cinta: Ada Cinta di balik Musibah~

Perjuangan hidup, dalam kebanyakan hal, dilalui dengan penuh liku, bagaikan mendaki bukit tinggi yang terjal, menang tanpa perjuangan panjang bagaikan menang tanpa kebanggaan. Jika tidak ada kesukaran, tidak ada kesuksesan.Jika tidak ada sesuatu yang diperjuangkan, tidak ada yang akan dicapai. Kesukaran mungkin menakutkan bagi orang yang lemah. Namun memberikan perangsang menyegarkan bagi orang yang tegas dan berani. Segala pengalaman hidup memang berperan membuktikan bahwa rintangan yang menghalangi kemajuan manusia mungkin, pada umumnya, dapat diatasi dengan perilaku yang baik, semangat yang jujur, aktivitas, ketabahan, dan kebulatan tekad mengatasi kesulitan.” (Edmund Burke)

Kehilangan, kesulitan, putus asa sangat terasa ketika musibah itu hadir menghampiri. Masih sangat jelas terlihat jejak musibah letusan merapi yang hingga kini masih tertinggal di sana-sini. Banyak sekali nyawa yang hilang begitu saja hanya karena tersenggol wedus gembel Merapi, rumah-rumah porak poranda tertanam oleh material muntahan Merapi, ternak-ternak mati, belum lagi terjangan lahar dingin yang membuat rumah-rumah di bantaran sungai rusak, begitu pun dengan jembatan-jembatan yang dilaluinya.

Mengerikan memang, ketika seringkali kita merasa memiliki segalanya dan dengan sekejap semua itu menghilang begitu saja tanpa bekas. Tak banyak orang yang bisa menerima kenyataan ini, namun inilah kenyataan yang harus diterima. Seakan-akan kehidupan tak ada artinya, yang dirasa hanyalah derita dan derita. Ya, Jiwa yang kering kerontang itu membutuhkan cinta sebagai penawarnya. Dalam musibah adakah cinta di sana?

Cinta tak hanya hadir dalam bahagia, karena bahagia maupun duka itu sebenarnya adalah cara pandang kita saja. Bukankah pada musibah itulah ada pilihan untuk membenci atau mencintai, dan sungguh kebencian, keputus asaaan takkan mengubah keadaan. Tapi lihatlah orang yang menyebutnya dengan cinta, pasti kehilangan yang menghampirinya akan menjadi indah ketika ia menyadari dengan itu ia mulai berjalan lebih cepat menuju surga, dengan titik air mata yang menetes deras di antara rasa lemah, syukur, pengharapan akan cintaNya yang agung.

Seperti yang disabdakan RasulNya:

tidak akan masuk neraka seorang yang menangis karena takut kepada Alloh, sehingga air susu kembali kepada putingnya , tidak akan bisa berkumpul debu yang menempel karena berjuang di jalan Alloh dengan asap neraka jahanam (HR Timidzi)

Cinta selalu membangkitkan gairah untuk selalu ingat terhadap sesuatu yang dicinta, melakukan apa yang diperintahkannya.
Mungkin demikian juga dengan semesta, barangkali yang sering kita anggap musibah alam itu sebenarnya adalah manifestasi cinta makhluk pada Penciptanya seperti yang disebut dalam Firman Allah:

Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS. Al Israa (17): 44)

Bahkan gemuruh halilintar yang menakutkan pun adalah sebuah tasbih makhluknya:

Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia-lah Tuhan Yang Maha keras siksa-Nya.” (QS. Ar Ra'd (13):13)

Bukankah ada kemungkinan bahwa letusan Merapi yang dianggap musibah itu pun juga merupakan tasbih bukti cintanya pada Sang Pencipta semesta, bukti bahwa ia menepati janji akan perintah Yang Maha Kuasa?

Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Daud) di waktu petang dan pagi.” (QS. Shaad (38):18)


Maka tidak pantas lagi jika kita menyalahkan cinta makhluk pada Penciptanya, ada baiknya kita menyadikan cinta mereka (gunung, guntur, halilintar, dll) itu sebagai inspirasi bagi kita, motivasi untuk mencintai Tuhan, Illah dengan lebih baik, dengan ketaatan yang sama. Ya, mungkin semesta sedang mengajari kita bagaimana mancintai sebenarnya, bagaimana mencintai secara totalitas dengan sepenuh jiwa, tak sedikitpun terbagi tak sedikitpun ternodai.

Sahabat, marilah kita gapai cinta tertinggi dengan saling mengingatkan, mengasihi, memberi, atas dasar cinta padaNya. Karena aku yang sendiri takkan sanggup berdiri tanpaNya, juga jika tanpa kalian sahabatku, teman-temanku..

Sahabat yang beriman ibarat mentari yang menyinar.
Sahabat yang setia bagai pewangi yang mengharumkan.
Sahabat sejati menjadi pendorong impian.
Sahabat berhati mulia membawa kita ke jalan Allah.

Jadilah pejuang cinta yang tidak perlu jatuh cinta, tapi bangun cinta.

Rumah Cahaya, 5 Desember 2010
(Inspirasi dari kuliah Akhlaq di rumah cahaya ^_^)

gambar diambil dari berbagai sumber di internet

21 November 2010

Cinta Tulus Ayahku

Beberapa hari yang lalu, ayahku bertambah satu bilangan tahunnya di dunia. Ya, hari itu hari yang bertepatan dengan tanggal kelahiran ayahku. Memang, tidah ada perayaan yang spesial di keluarga kami, hanya sebuah bingkisan dariku dan adikku yang dapat kami berikan saat itu sebagai ungkapan cinta kami padanya yang sebenarnya lebih dalam dari yang tampak. Meskipun begitu, cintanya takkan terganti oleh apapun, takkan juga terbalas oleh cinta kami yang tak seberapa besar dibanding segala yang pernah dibeikannya pada kami.

Ya, dari beliaulah aku belajar banyak hal, semenjak kelahiranku hingga kini aku menginjak dewasa. Perjalanan panjang pengorbanannya terasa begitu singkat, seakan aku baru kemarin saja melewati masa kanak-kanakku bersamanya (dulu aku paling senang diajak main buaya2an, ayahku menjadi buaya yang berusaha menerkan dan memakanku.hmm konyol, tapi aku rindu...). Dan baru tersadarkan ketika kini rambutnya semakin banyak yang memutih, kulitnya semakin banyak yang berkerut, badan kekarnya yang mulai melemah (haha, sekarang tak ada lagi yang kuat menggendongku ketika aku ketiduran di luar kamar.. padahal dulu ketika aku kecil, aku sering pura-pura tertidur di luar agar digendong ayahku ke kamar, hihi.. jahil memang).
“Ayahku, semakin bertambah bilangan usiamu, semakin dalam cintaku padamu yang kebijaksanaanmu membuatku merasa sangat beruntung memiliki ayah sebaik engkau”.

Tentangmu....
Ayahku.. cintamu padaku memang seringkali tak terungkap secara nyata, tapi aku bisa merasakannya sangat dalam. Tercermin dalam sikapmu ketika aku sakit, ketika aku jauh darimu, dari sikapmu, dari marahmu yang jarang kau sampaikan secara langsung padaku dengan harapan aku akan mengerti kesalahanku sebelum engkau menegurku secara terang-terangan, dan pengorbananmu untuk mencukupi kebutuhanku, juga waktu yang kau sisihkan untuk menemui teman-temanku yang sedang bertamu.

Ayahku, ingatkah ketika terang-terangan engkau cemburu ketika aku salah mengirim sms ‘cinta’ untuk ibu ke telepon selular yang engkau miliki? Sesungguhnya aku juga cemburu jika engkau terlalu sibuk dengan pekerjaanmu (untungnya rumah kecil kita cukup ramai sehingga cukup mengurangi cemburuku). Juga  ketika engkau dan ibu mengatakan aku adalah dokter cinta kalian, jadi kalau sakit tidak perlu ke dokter lagi (ih lebay bangeet, pikirku saat itu..^^) tapi sebenarnya aku terharu loh,,.

Ayahku tercinta, maafkan aku atas segala salah dan khilafku ketika aku tak sanggup memenuhi harapanmu, juga ketika aku secara sengaja atau tidak menyakitimu. Aku hanya sanggup mendoakan kebaikan dan keberkahan untukmu selalu (insyaAllah ku doakan) sepanjang hidupku, juga mencintaimu berlandaskan cinta padaNya.. Ayahku, aku akan terus berusaha untuk membahagiakanmu selalu..

^^ I love you coz Allah ^^




Mengusir Kesepian dengan Berteman

Pernahkan teman2 merasakan kesepian? Hampir dipastikan setiap orang pernah merasakan kesepian ketika dia sendirian.. Mengapa? Salah satu jawabannya adalah kerena manusia itu sendiri memang diciptakan sebagai makhluk sosial (walah kayak pertanyaan anak SD). Meskipun banyak orang yang ternyata suka menyepi sendirian (bukan upacara nyepi loh??). Tapi tetap saja, terlalu lama menyepi itu tidak baik, contohnya nih (tapi jangan di tiru yaa..) jika aku punya masalah berat biasanya aku memilih menyendiri lalu tidur, nah kabar baiknya jika setelah itu ada solusi, aku bisa langsung bangkit, jika tidak?? Bisa dipastikan aku malah hibernasi semakin lama hingga masalah bukannya selesai tapi malah tambah runyam karena banyak hal terbengkalai (nah lo..!!).

Ada lagi yang lebih parah tuh, ketika seseorang sendirian, seringkali ia berfikir bahwa tidak ada yang tau apa yang ia lakukan so, kesendiriannya malah justru bisa berakibat fatal yang membuatnya melakukan tindakan2 abnormal (contohnya cari sendiri ya, yang bener ntar mendapat bingkisan cantik wis..) Padahal tuh ya, sebenarnya Allah Maha melihat dan mengetahui sekecil apapun yang kita lakukan, dan malaikatNya pun tak pernah berhenti membersamai kita dimana pun dan kapanpun kita berada, bahkan ketika kita berbicara seringkali malaikat mengamini perkataan/doa kita (jadi, berdoalah yang baik2 oke).

Hmm.. sepertinya dari tadi mbulet2 terus ya, intinya gini nih.. Untuk meminimalisir hal2 buruk yang mungkin terjadi karena terlarut dalam kesendirian, so, carilah teman sebanyak-banyaknya. Teman menjadi bagian yang penting dari diri kita karena kelak mereka akan ikut serta membentuk pribadi kita, sering dicontohkan jika kita deket dengan penjual minyak wangi, maka kemungkinan besar kita akan terkena juga wanginya, namun lain halnya jika kita berteman dekat dengan pandai besi, maka kemungkinan kita akan terkena panasnya, so pandai2lah dalam mengelola pertemanan.

Jadi, tak perlu bersedih hati jika terjebak dalam kesendirian, tinggal kirim sms (SOS) maka teman2mu akan membawakan bala bantuan (mudahkan..!!, tapi memang syarat dan ketentuan berlaku ^^), antara lain kita juga harus bisa menyemaikan pertemanan yang kita miliki sehingga tumbuh subur, salah satunya yaitu dengan membantu urusan teman kita (bukankah yang meringankan beban saudaranya, maka akan diringankan babannya oleh Allah) jadi ga rugi kan? Bahkan bagi orang yang senantiasa menyambung silaturrahmi, maka Allah akan memanjangkan umurnya dan melapangkan rizkinya, Allah juga akan memberikan naungan pada hari akhir nanti salah satunya bagi orang yang saling mencintai karena Allah, Subhanallah.. (itu belum dengan keuntungan2 lain pertemanan loh). So tunggu apa lagi, yuuk kita berteman.. ^^

Persembahan spesial bagi sahabat, dan teman2ku, terimakasih ya.. atas segala yang telah teman2 diberikan..(ijinkan aku mengenalmu lebih dalam, sehingga kita bisa lebih banyak berbagi dan saling menguatkan) 




28 August 2010

Catatan hati untuk Satelit Ferian (selamat jalan)

Entah mengapa sejak kemarin aku merindukanmu.. dan kemarin, ku buka facebookku untuk mengetahui beritamu.. ya, setengah kecewa hanya kudapati tulisan teman2mu yang mendoakanmu dan bukan tulisanmu yang penuh semangat itu. Begitu pula di blogmu, tak ada tulisan baru. Sempat hatiku penuh tanda tanya, dimanakah dirimu? Apakah kau terlalu sibuk sehingga aku tak bisa lagi membaca ceritamu?? Atau.. (sempat terpikir sesuatu hal terjadi padamu, namun segera ku hapus dari otakku).

Siang tadi aku masih saja teringat dirimu, mencari tahu di facebookmu, namun hasilnya sama, tak kudapati sedikitpun tulisan barumu. Andai aku punya no teleponmu ingin rasanya aku meneleponmu, atau menjengukmu..

Masih teringat jelas, betapa baik dirimu pada semua orang, kecerdasanmu, semangatmu, meski hanya sebentar ku mengenalmu, namun aku sangat kagum padamu juga tulisan di blogmu, ataupun caramu mengomentari tulisanku meski dirimu masih sakit.

Hingga sore tadi, berita tentangmu sampai padaku.. Engakau telah berpulang, kembali pada Allah.. Rabbi, aku kelu mendenger berita itu, setengah percaya kukunjungi facebookmu yang penuh doa atas kepulanganmu. Ya Allah.. hanya Engaku Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu..

Hari ini, kamu memberiku pelajaran berharga Fer, seperti apa yang pernah kamu katakan ketika kamu tidak bisa mengikuti kuliah, namun tetap banyak pelajaran berharga yang kamu dapatkan dan dan banyak hal yang dapat kamu syukuri dalam keadaan apapun itu.. ya, hari ini aku belajar untuk bisa lebih bersyukur, lebih ikhlas, belajar menjadi lebih berguna bagi orang lain dan belajar memanfaatkan waktu dengan sebaik2nya karena aku pun tak tau kapan Allah akan memanggilku..

Terakhir, aku minta maaf jika selama ini melakukan salah padamu, terima kasih ya fer.. Semoga Allah menjadikanmu sebagai salah satu kekasihNya, dan engkau mendapat tempat terbaik di sisiNya..
Meski di sini banyak yang berduka dan kehilangan, aku yakin kamu bahagia terlepas dari kesulitan di dunia ini.. selamat bertemu dengan kekasih sejatimu pada kesempatan yang sangat baik ini (17 Ramadhan) Subhanallah.., selamat berteman dengan malaikat2 dan bidadari baik hati yang akan setia menemanimu di sana.. selamat jalan Ferian..

Allaahummaghfirlahaa warhamhaa wa’afihii wa’fu a’nhaa...

24 May 2010

Sekarang Jadi Anak, Esok Jadi Orang Tua (Juga)


Kedekatanku pada anak2 ternyata membawa banyak pelajaran untukku. Salah satunya betemu dengan orang tua2 yang hebat, dalam mendidik anak-anaknya. Yang menyadarkan betapa pentingnya menimba ilmu untuk mendidik anak-anak kita kelak.  Betapa egoisnya kita jika hingga tak mau belajar bahkan menganggap hal itu tidaklah penting. Salah besar..

Orang tua-orang tua yang hebat selalu mempersiapkan dirinya sedari muda untuk dapat mendidik anak-anaknya, baik dengan membekali ilmu agama, ataupun ilmu pengetahuan umum. Juga mencari pendamping yang tepat baginya yang  kelak akan menjadi ayah/ibu bagi anak-anaknya. Sungguh sebuah amanah besar ketika peradaban masa yang akan datang itu ditetukan oleh sikap dan pilihan kita saat ini. Boleh jadi kita akan menjadi penyelamat peradaban, namun bisa juga kita malah ikut serta menghancurkannya, (pilih yang mana? Dan tentukan dari sekarang..)

Beberapa hal itulah yang aku dapatkan dari kisah beberapa orang tua yang benar2 berusaha menyiapkan dirinya dalam mendidik anak dengan baik sedari muda, sehingga mereka tetap bisa mendidik anak-anak mereka dengan pendidikan yang berkualitas meski  jumlah anak (putra-putri mereka) tak sedikit (ada yang lebih dari hitungan jari) yang Insya Allah semuanya shalih-shalihah.. Subhanallah.. jadi ngiri.. (kalo semua jadi pendduk surga pasti bakal seneng banget, lha wong rame2 gitu.. ^_^).

Dan.. Tidak salah jika beberapa dari kita sudah merindukan untuk menyempurnakan setengah diennya... tapi, coba kita telisik ulang akan persiapan semua ini.. sudahkah? (terutama untukku sendiri yg masih harus banyak belajar..)
Jika sudah, apakah orang tua sudah mengijinkan? (beberapa cerita teman hambatan malah dari orang tua, mengapa?) maap yee.. ga sebut merk kok coz merknya banyak.. hehe..
apa sih penyebabnya? Aku akan mengungkapkan pendapatku (dari hasil diskusi dengan orang tua, buku dan sumber lain yang Insya Allah dapat dipercaya..)

Penyebabnya antara lain karena komunikasi dengan orang tua kurang baik (ini penyebab terbesar pertama -dari hasil pengamatanku sih-) So, mulailah komunikasi yg baik dengan orang tua, bisa denganbasa-basi dulu misal mijitin, belikan kado, bikin surat cinta..(1001 cara bisa ditempuh kok..) Selain itu, berkomunikasilah dengan sudut pandang orang tua sehingga pembicaraan setara (sehingga ada titik temunya) dan kita harus mengerti keinginan dan kekhawatiran orang tua. Misal ketika orang tua melarang dengan alasan masih kuliah itu artinya kemungkinan selama ini masalah keuangan sepenuhnya masih tanggungan orang tua, sehingga orang tua khawatir jika memperbolehkan anaknya menikah. Atau jika berkata “kamu masih kecil” mungkin artinya selama ini kamu masih kurang mandiri, takut mengambil konsekuensi sendiri atau banyak hal yang masih diurusi orang tua.. (hal inilah yang paling penting untuk dimengerti) solusinya yaitu dengan meyakinkan bahwa kita bisa melalui itu semua atau jika belum bisa paling tidak bisa melakukan negosiasi (intinya win-win solution lah) pasti bisa deh..

Mudahnya gini (coba renungkan dulu sebentar), seorang ibu dengan berat mengandung, melahirkan, menjaga dan mendidik anaknya dengan susah payah, berpisah dengan anaknya ketika si anak sekolah dan belum lengkap anaknya memberi kebahagiaan padanya, dia sudah menjadi milik orang lain dan tidak berhak lagi si ibu untuk ikut campur urusannya bahkan mungkin akan sulit meski hanya untuk menemuinya.. (kekhawatiran semacam inilah yang biasanyamembuat seorang ibu khususnya enggan melepas anaknya untuk merajut hidup baru) tau kan maksudku? Jadi sebaiknya kita bisa menjelaskan bahwa kita akan selalu menyayangi orang kita meski intensitas bertemu akan semakin berkurang, atau bahkan ketika kita harus berada di negeri antah berantah yang nanjauh disana.

Begitu juga kekhawatiran seorang ayah, yang biasanya terlihat tegar namun sebenarnya rapuh, apalagi jika ditinggal oleh anak ataupun istrinya karena sebenarnya merekalah kunci ketegaran seorang ayah (udah banyak loh.. bukti nyatanya.. tapi sttt.. jangan bilang sp2.. ttg ini oke..). Saat janji suci dalam akad pernikahan selesai diucapkan, maka saat itu juga gugurlah semua kewajiban ayah terhadap anak untuk menjadi imamnya.. dan itu bukan berati sang ayah akan merasa lebih ringan, mungkin juga merasa berat hati, sibuk memastikan anak kesayangannya akan tetap bahagia ketika harus hidup bersama orang lain yang masih asing dalam hidupnya..

Kita sadari atau tidak, itulah suatu kenyataan..  dan suatu ketika orang tua kita akan seperti anak-anak lagi. Ketika usianya mulai senja, ketika keriputnya semakin jelas membekas, ketika rambut putihnya semakin merata, ketika pendengaran dan penglihatannya semakin samar.

Masa ketika orang tua kita membutuhkan genggaman ketika berjalan, seperti halnya ketika kita dulu belajar berjalan dengan meminta genggaman tangannya, membutuhkan bantuan untuk menganti bajunya seperti halnya mereka mengganti popok kita, meminta ini dan itu sebagaimana kita dulu merengek dengan berbagai permintaan yang memusingkan.. (tolong, fikirkan hal ini.. sudahkah kita memikirkannya? Pastikan  jika masa itu datang menjadi masa yang membahagiakan bagi orang tua kita dan bukan sebaliknya..)

Bahkan gunung emas pun tak kan pernah cukup untuk membalas jasa orang tua kita, namun, percayalah.. banyak hal yang bisa kita lakukan untuk membahagiakan mereka meski tidak bersama mereka.. dan inilah yang harus kita camkan dalam-dalam..

Teman2 dan sahabatku semuanya.. kisah itu selalu ada dan mungkin kita akan melaluinya jadi siapkanlah dirimu untuk menjadi orangtua terbaik sepanjang masa, menjadi anak yang memberi kesan terbaik bagi orang tuamu, orang tua pasanganmu, dan orang tua lain yang memang berhak mendapatkan kasih sayang seorang anak..

Jadikanlah diri kita menjadi bagian yang ikut serta membangun peradaban menjadi lebih baik..
Tetap semangat dan berkontribui kawan.. semoga kita dimudahkan istiqomah di jalannya, hingga kita menutup mata selamanya dan dipertemukan kembali di surganya..

Salam sayang utk orang tua kalian, teman2.. Semoga Allah memberi mereka balasan kebaikan yang berlipat.. yang nantinya juga akan kembali pada kita ketika menjadi orang tua kelak.. sebagai konsekuensi akan sebuah siklus yang selalu berulang..


Rumah cahaya, 24 mei ’10, pk 01.00


09 May 2010

Aku Ingin Mencintai-Mu..

aku selalu merindukan saat-saat aku kasmaran..
ketika tiada satu pun yang dapat menggantikan Dia dihatiku..
ketika hidup ini menjadi tak pernah sepi, karena Dia selalu memberi apa yang aku butuhkan..
sebuah lagu yg mengingatkanku padaNya, saat ku merinduNya..
by: Edcoustic


Aku Ingin Mencintai-Mu

Tuhan betapa aku malu
Atas semua yang Kau beri
Padahal diriku terlalu sering membuatMU kecewa
Entah mungkin karna ku terlena
Sementara Engkau beri aku kesempatan berulang kali
Agar aku kembali
Dalam fitrahku sebagai manusia
Untuk menghambakanMU
Betapa tak ada apa-apanya aku dihadapanMU

Reff:
Aku ingin mencintaiMU setulusnya,
Sebenar-benar aku cinta
Dalam do`a
Dalam ucapan
Dalam setiap langkahku
Aku ingin mendekatiMU selamanya
Sehina apapun diriku
Kuberharap untuk bertemu denganMU ya Rabbi

04 May 2010

Euforia Kelulusan buat Apa sih?

Akhirnya bisa juga nulis tentang tema ini.. jujur aku sebel banget sama perayaan kelulusan yang berlebihan dan cenderung kebablasan. Meski sudah banyak yang merayakan kelulusan sekolah dengan cara yang baik misal donor darah, berkunjung ke panti asuhan, bakti sosial, dan kegiatan lainnya.

Risih rasanya melihat convoi dan corat-coret dengan tujuan yang tidak jelas. Seakan-akan mengaburkan tujuan pendidikan di sekolah itu sendiri yang pada dasarnya untuk mencerdaskan anak bangsa tapi outputnya malah tidak cerdas dengan euforia yang berlebihan (seperti mereka tidak pernah mengenyam pendidikan). Atau memang saat ini pendidikan moral sudah jauh ditinggalkan hanya demi selembar ijazah kelulusan?  Sehingga rasa tepa selira (tenggang rasa) dengan teman yang tidak lulus menjadi hilang.

Jika kita meninjau lagi esensi ujian (ujian papun itu termasuk ujian kehidupan) adalah untuk menguji seberapa mampukah kita dan apakah sudah saatnya kita naik ke tingkat ke jenjang yang lebih tinggi atau harus mengulang tingkat ini lagi? Bagi yang telah lulus (bisa lanjut ke jenjang selanjutnya) seharusnya bersyukur namun tidak terlena dengan euforia karena perjalanan masih jauh. Sedangkan yang masih mengulang hendaknya bersabar dengan berusaha lebih baik.

Namun esesnsi itu sering menjadi kabur, bahkan konvoi  dan corat coret seragam tidak lagi dilakukan oleh siswa yang lulus, namun juga yang tidak lulus sebagai ajang ugal-ugalan, pamer kekuatan yang tak jarang berakhir tawuran seperti yang terjadi di Mojokerto, sedangkan di tempat lain hingga menjarah dagangan para PKL  (cerdaskah itu namanya?).  Bahkan di  Madura konvoi  juga diwarnai dengan aksi lepas jilbab dan menggunting rok serta kencan dengan ‘kekasihnya’ (Astaghfirullah.. budaya yang tak layak untuk dilanjutkan..).

Jika yang terjadi seperti ini, l antas apa sebenarnya tujuan euforia kelulusan itu?

Semoga kejadian ini menjadi pelajaran, bagi seluruh pemerhati pendidikan, untuk dapat terus mengurangi bahkan mengikis habis budaya yang cenderung ke arah maksiat ini dan menggantinya dengan budaya yang lebih baik.
Aku bersyukur, saat SMA tidak ada budaya seperti ini, kelulusan di laksanakandengan acara bakti sosial an menyumbang seragam dan kegiatan pelepasan dengan mengenakan baju hitam putih, dilaksanakan penuh khidmat, syukur kebersamaan antar teman, orang tua dan guru, sungguh tenang, bahagia.

sumber gambar: www.ale-ale.com

26 April 2010

Idealita Mahasiswa Tempo Doeloe

Kuliah pertama pagi ini ada kesan tersendiri bagiku, entah karena kuliah perdana setelah UTS, entah karena hal lain tiba2 aku semangat sekali berangkat kuliah dengan berusaha hadir awal (meskipun pada akhirnya sampai kampus masih sedikit terlambat, hehe..).

Aku berusaha mengerti tiap kata yang ucapkan oleh dosenku, diiringi tangan yang terus menari menggoreskan tinta di atas kertas, kadang kecepatan dosenku ketika menjelaskan membuat tanganku semakin tak beraturan menggoreskan pena sehingga hasilnya agak mirip dengan sandi rumput. Namun tiba-tiba penjelasan dosenku berubah haluan di setengah jam terakhir menjadi sebuah kisah klasik seorang mahasiswa idealis di masa lalu (sebenarnya kisah belau sendiri sih..). 

Cerita yang disampaikan dengan cukup apik megisahkan tentang beliau sendiri pada saat S1 dengan berbagai perjuangannya. Perjuangan indahnya yang pertama yaitu tentang pembuatan skripsi S1nya. (Oya, kawan.. perlu diketahui dosenku ini berlatar belakang jurusan yang sama denganku. Perlu diketahui kawan, bahwa jurusanku merupakan jurusan yang sangat langka hanya ada satu di Indonesia dan bahkan di dunia jumlahnya belum melebihi jumlah sepasang jari. Oleh karena itu referensi mata kuliah kami sejak dahulu hingga sekarang didominasi dengan sumber asing).

Diceritakan olehnya bahwa pada tahun 80an untuk membuat sebuah skripsi mahasiswa harus memfotocopy referensi dari sebuah tempat khusus di Jakarta, menyusun dan mengusulkannya pada dosen (ini pun banyak yang ditolak mentah2 termasuk pengajuan judul dosenku saat itu). Tapi, bukan karena penelitian yang dilakukan terlalu remeh sehingga judul tersebut ditolah, melainkan karena judul tersebut justru terlalu berat untuk level S1, malahan setara level S3.

Selain itu biaya untuk melakukan penelitianpun sangat mahal bahannya pada saat itu seharga 80juta dan hanya ada di luar negeri, belum dengan biaya analisis dan biaya yang lainnya (bayangkan jumlah itu pada tahun 80an, kalau dibawa ke nilai rupiah sekarang berapa ya?? Mungkin sudah hampir berujung M). Hanya idealitas lah yang akhirnya dapat membuat penelitian tersebut terlaksana dengan memanfaatkan donasi dari berbagai pihak dan akhirnya dapat terselesaikan dengan baik.

Tidak mudah memang memiliki tekad sekuat itu, jempol banyak deh buat yang bisa melakukan hal semacam itu pada masa ini...(soalnya sekarang jarang banget ada makasiswa senekat itu, aku sendiri pun mungkin akan berfikir ribuan kali dulu sebelum memutuskan untuk menerima konsekuensi seperti itu). Selesai dengan skripsi itu, hal lain yang menarik ketika beliau melanjutkan studi S3 di Jepang (negeri impianku..).

Saat itu beliau mendapatkan beasiswa selama 3 tahun untuk menyelesaikan studinya. Namun, karena rumitnya pengerjaan dan data yang belum muncul memyebabkan hingga akhir tahun ke 3 beliau belum bisa menyelesaikan pendidikan S3nya yang membuatnya frustasi, dan uniknya di saat frustasi itulah ada anugrah yang justru membuatnya semakin frustasi dengan kabar bahwa istri tercintanya hamil anak ke empatnya pada saat beasiswanya habis (anah sih, tapi nyata.. ^_^).

Salut bangeet ketika pada akhirnya beliau tetap memilih melanjutkan studi dengan segala konsekuensinya yaitu harus menjadi loper koran setiap pagi sebelum berangkat ‘kuliah’ untuk membuayai studi dan keluarganya. Dan memang mungkin di sanalah letak keindahan itu ketika sepenuh hati harus berjuang mati-matian demi memperjuangkan idelita bersama keluarganya yang setia mensupportnya (terutama istrinya yang rela menemani dalam setiap suka dukanya).
 Terbakar rasanya ketika mendengar cerita dari dosenku pagi ini hingga tak terasa waktu pun memutus cerita yang belum seutuhnya selesai. Rasanya ingin segera aku merasakan masa-masa impianku bisa sekolah di Jepang bersama dengan segala tantangannya. Tekadku kini memuncak kembali, mengobarkan semangat ‘tuk patahkan segala rintangan dengan menyongsong indah harapan di masa depan.

Terima kasih, khusus untuk pak Ngadiman untuk semangat indah di pagi ini.. ^_^

28 January 2010

....27 Januari...

Pagi2, aku harus menyiapkan berbagai tugas baik itu kampus, informal maupun pribadi di rumah cintaku. Sekitas jam 8.30 aku bergegas pergi menuju gelanggang untuk menemui seseorang untuk mengembalikan titipannya. Dalam penungguan itu, karena aku belum sarapan, langsung saja aku pun memesan segelas juice jambu tanpa es lantas duduk di meja ujung, yang ternyata tak jauh dari tempatku duduk terdapat seorang ibu yang meminta-minta. Sekilas aku memperhatikannya, ibu tersebut tempak tua kurus, kulitnya menghitam dengan wajah yang sendu dan maaf -dengan bibir yang sedikit merot-. Sejenak ku biarkan ibu tersebut sambil sebentar-sebentar aku memperhatikannya (tentu tanpa sepengetahuannya), dan beberapa saat kemudian pandangan kami tiba-tiba beradu. Langsung saja ku alihkan pandanganku ke arah lain sembari membuka tasku dan mengeluarkan laptopku. Setelah beberapa saat berselang, kurogoh tas ku dan ku ambil lembaran uang untuk ku berikan kepada ibu tua tersebut yang dibalasnya dengan senyuman. Kulanjutkan penantianku sambil melakukan “googling” dan membuka beberapa pesan yang secara rutin masuk ke inbox Fbku entah aku menjadi tak terlalu fokus dengan apa yang aku baca hingga akhirnya temanku pun datang. Kusimpan semua hasil pencarianku di dunia maya dengan memasukkannya ke dalam satu folder lalu menutupnya. Tidak terlalu lama urusanku dengan temanku pun berakhir dengan beberapa cerita yang menggantung (karena kami saat itu sama-sama memiliki pekerjaan lain yang mendesak dan berbeda) apa lagi saat itu temanku mengatakan bahwa sebenarnya dia baru saja ketinggalan kereta, namun sudah ada solusi katanya lagi. Padahal dari sikapnya, sebenarnya masih ada masalah lain yang belum selesai terbuki dengan sms yang selalu masuk di hpnya dan telepon yang terus berdering (aku jadi merasa bersalah). Kuputuskan untuk segera menutup laptopku dan segera beranjak ke tempat lain yang menantiku. Namun sebelum itu, aku memang sempat pindah tempat duduk dari tampat yang semula aku duduki ke sebarang bangku tersebut. Tak lama setelah aku menutup laptop dan menulis pesan di hpku tiba-tiba ibu tua itu mendekatiku, dan aku hanya memandangnya heran bertanya-tanya dalam hati apakah yang akan diperbuatnya. Sedangan ibu tua itu tanpa memperhatikanku dengan cepat tangan kanannya menyambar sedotan bekas yang tadi aku pakai untuk meminum juice. Masih saja aku melihatnya dengan terbengong-bengong, “mau untuk apa?” batinku saat itu. Ternyata setelah itu ibu tersebut mengeluarkan bungkusan tas plastik (kresek) hitam, entah ada apa di dalamnya lantas meletakkan sedotan bekas tersebut di dalamnya dan mulai meminum entah cairan apa dari sana. Hmm,melihat itu rasanya pesasaanku teremas-remas tak karuan, entah mengapa tiba-tiba pikiran ini melayang tak jelas kemana pergi memikirka ketika hari sebelumnya aku dan teman-temanku membuang-buang nasi ketika makan bersama, dan hal lain yang sempat ku sia-siakan, tiba-tiba aku merasa bersalah, Rabb.. ampuni aku yang ternyata telah banyak memubadzirkan banyak hal yang telah Kau beri. Aku semakin tak bisa menahan perasaan ‘tak enak’ itu sehingga kuputuskan segera bermaitan meninggalkan tempat tersebut.
Aku beranjak pergi sendirian menuju kebun penelitian UGM di daerah Berbah di mana aku menjadi salah satu pengelola rumah kompos di sana yang pada siang hari itu aku harus memastikan pekerja baru di sana bekerja dengan baik sesuai dengan target. Siang itu memang sedikit mendung, tanpa kuduga saat aku berada sekitar satu kilo meter dari lokasi tersebut hujan tiba-tiba saja mengguyur tanpa permisi. Alhasil tiba di termpat tersebut bajuku pun basah kuyup. Meskipun dengan berdingin-dingin perkenalan dengan pekerja baru pun berjalan dengan lancar dengan beberapa pembahasan teknis pengelolaan, hingga tak tersasa sekian lama dan hujanpun reda. Tak berapapa lama kemudian aku berpamitan untuk pulang. Dari itu, aku baru mulai merasa bahwa aku benar-benat harus lebih semangat, harus mau bekerja ekstra, harus tahan banting, karena mulai saat itu juga aku mulai sadar sepenuhnya bahwa aku telah menjadi bagian dari jalan rizki orang lain yang lebih membutuhkan untuk keluarganya, untuk menyempurnakan kewajibannya dalam menafkahi keluarganya.. Rabb, sungguh aku ingin menangis, selama ini aku masih sering sekedar bermain-main untuk itu.. Rabb, Mudahkanlah aku dalam hal ini.. (maklum selama ini dalam pekerjaan itu aku satu-satunya cewek, yang itu tak terlalu mudah untuk menjalaninya.. sungguh aku takut akan fitnah ya Rabb.. namun aku yakin Engaku lebih tau yang tampak dan yang tak nampak, aku yakin Engkau ‘kan selalu melindungiku)... back to cerita.. Yach, dalam perjalanan pulang tersebut baru kusadari bahwa hujan yang mengguyurku adalah hujan yang lokal abiiiz.. memasuki jalan Solo jalanan kering kerontang, aku seakan menjadi orang teraneh yang berbaju basah sendiri. Cueh deh, pikirku saat itu, kulajukan motor matic ku dengan kecepatan cukup tinggi hingga memasuki ring road. Saatnya aku akan balik arah (memutar) aku sungguh lupa kalau tempat memutar ternyata telah ku lewati (soalnya kecepatanku saat itu masih cukkup tinggi). Terpaksa aku sampai di perempatan UPN, dan tiba-tiba saja aku terpikir untuk jalan-jalan ke pasar condong catur (sekalian biar enak, kan nasi dah jadi bubur tuh..). Puas jalan-jalan di pasar tradidional pun aku pulang lalu memasak. Ternyata baru ku sadari bahwa di rumah cintaku baru tak banyak orang, (sempat was-was, kalo ga da yang mau diajak makan gmn? Masa’ mau bung2 makanan lagi??), namun akhirnya setelah masakanku matang semua, teman-temanku pun mulan berdatangan.. hmmm, senang rasanya bisa makan bareng-bareng teman, semakin nikmat.. dan yang pasti menghapus segala gundah gulanaku.. menguatkan kembali semangatku..
Thanks ya Allah, ya Rahman..