28 January 2010

....27 Januari...

Pagi2, aku harus menyiapkan berbagai tugas baik itu kampus, informal maupun pribadi di rumah cintaku. Sekitas jam 8.30 aku bergegas pergi menuju gelanggang untuk menemui seseorang untuk mengembalikan titipannya. Dalam penungguan itu, karena aku belum sarapan, langsung saja aku pun memesan segelas juice jambu tanpa es lantas duduk di meja ujung, yang ternyata tak jauh dari tempatku duduk terdapat seorang ibu yang meminta-minta. Sekilas aku memperhatikannya, ibu tersebut tempak tua kurus, kulitnya menghitam dengan wajah yang sendu dan maaf -dengan bibir yang sedikit merot-. Sejenak ku biarkan ibu tersebut sambil sebentar-sebentar aku memperhatikannya (tentu tanpa sepengetahuannya), dan beberapa saat kemudian pandangan kami tiba-tiba beradu. Langsung saja ku alihkan pandanganku ke arah lain sembari membuka tasku dan mengeluarkan laptopku. Setelah beberapa saat berselang, kurogoh tas ku dan ku ambil lembaran uang untuk ku berikan kepada ibu tua tersebut yang dibalasnya dengan senyuman. Kulanjutkan penantianku sambil melakukan “googling” dan membuka beberapa pesan yang secara rutin masuk ke inbox Fbku entah aku menjadi tak terlalu fokus dengan apa yang aku baca hingga akhirnya temanku pun datang. Kusimpan semua hasil pencarianku di dunia maya dengan memasukkannya ke dalam satu folder lalu menutupnya. Tidak terlalu lama urusanku dengan temanku pun berakhir dengan beberapa cerita yang menggantung (karena kami saat itu sama-sama memiliki pekerjaan lain yang mendesak dan berbeda) apa lagi saat itu temanku mengatakan bahwa sebenarnya dia baru saja ketinggalan kereta, namun sudah ada solusi katanya lagi. Padahal dari sikapnya, sebenarnya masih ada masalah lain yang belum selesai terbuki dengan sms yang selalu masuk di hpnya dan telepon yang terus berdering (aku jadi merasa bersalah). Kuputuskan untuk segera menutup laptopku dan segera beranjak ke tempat lain yang menantiku. Namun sebelum itu, aku memang sempat pindah tempat duduk dari tampat yang semula aku duduki ke sebarang bangku tersebut. Tak lama setelah aku menutup laptop dan menulis pesan di hpku tiba-tiba ibu tua itu mendekatiku, dan aku hanya memandangnya heran bertanya-tanya dalam hati apakah yang akan diperbuatnya. Sedangan ibu tua itu tanpa memperhatikanku dengan cepat tangan kanannya menyambar sedotan bekas yang tadi aku pakai untuk meminum juice. Masih saja aku melihatnya dengan terbengong-bengong, “mau untuk apa?” batinku saat itu. Ternyata setelah itu ibu tersebut mengeluarkan bungkusan tas plastik (kresek) hitam, entah ada apa di dalamnya lantas meletakkan sedotan bekas tersebut di dalamnya dan mulai meminum entah cairan apa dari sana. Hmm,melihat itu rasanya pesasaanku teremas-remas tak karuan, entah mengapa tiba-tiba pikiran ini melayang tak jelas kemana pergi memikirka ketika hari sebelumnya aku dan teman-temanku membuang-buang nasi ketika makan bersama, dan hal lain yang sempat ku sia-siakan, tiba-tiba aku merasa bersalah, Rabb.. ampuni aku yang ternyata telah banyak memubadzirkan banyak hal yang telah Kau beri. Aku semakin tak bisa menahan perasaan ‘tak enak’ itu sehingga kuputuskan segera bermaitan meninggalkan tempat tersebut.
Aku beranjak pergi sendirian menuju kebun penelitian UGM di daerah Berbah di mana aku menjadi salah satu pengelola rumah kompos di sana yang pada siang hari itu aku harus memastikan pekerja baru di sana bekerja dengan baik sesuai dengan target. Siang itu memang sedikit mendung, tanpa kuduga saat aku berada sekitar satu kilo meter dari lokasi tersebut hujan tiba-tiba saja mengguyur tanpa permisi. Alhasil tiba di termpat tersebut bajuku pun basah kuyup. Meskipun dengan berdingin-dingin perkenalan dengan pekerja baru pun berjalan dengan lancar dengan beberapa pembahasan teknis pengelolaan, hingga tak tersasa sekian lama dan hujanpun reda. Tak berapapa lama kemudian aku berpamitan untuk pulang. Dari itu, aku baru mulai merasa bahwa aku benar-benat harus lebih semangat, harus mau bekerja ekstra, harus tahan banting, karena mulai saat itu juga aku mulai sadar sepenuhnya bahwa aku telah menjadi bagian dari jalan rizki orang lain yang lebih membutuhkan untuk keluarganya, untuk menyempurnakan kewajibannya dalam menafkahi keluarganya.. Rabb, sungguh aku ingin menangis, selama ini aku masih sering sekedar bermain-main untuk itu.. Rabb, Mudahkanlah aku dalam hal ini.. (maklum selama ini dalam pekerjaan itu aku satu-satunya cewek, yang itu tak terlalu mudah untuk menjalaninya.. sungguh aku takut akan fitnah ya Rabb.. namun aku yakin Engaku lebih tau yang tampak dan yang tak nampak, aku yakin Engkau ‘kan selalu melindungiku)... back to cerita.. Yach, dalam perjalanan pulang tersebut baru kusadari bahwa hujan yang mengguyurku adalah hujan yang lokal abiiiz.. memasuki jalan Solo jalanan kering kerontang, aku seakan menjadi orang teraneh yang berbaju basah sendiri. Cueh deh, pikirku saat itu, kulajukan motor matic ku dengan kecepatan cukup tinggi hingga memasuki ring road. Saatnya aku akan balik arah (memutar) aku sungguh lupa kalau tempat memutar ternyata telah ku lewati (soalnya kecepatanku saat itu masih cukkup tinggi). Terpaksa aku sampai di perempatan UPN, dan tiba-tiba saja aku terpikir untuk jalan-jalan ke pasar condong catur (sekalian biar enak, kan nasi dah jadi bubur tuh..). Puas jalan-jalan di pasar tradidional pun aku pulang lalu memasak. Ternyata baru ku sadari bahwa di rumah cintaku baru tak banyak orang, (sempat was-was, kalo ga da yang mau diajak makan gmn? Masa’ mau bung2 makanan lagi??), namun akhirnya setelah masakanku matang semua, teman-temanku pun mulan berdatangan.. hmmm, senang rasanya bisa makan bareng-bareng teman, semakin nikmat.. dan yang pasti menghapus segala gundah gulanaku.. menguatkan kembali semangatku..
Thanks ya Allah, ya Rahman..