16 May 2011

Duniaku Dunia Anak-Anak: Empat Anak Lebih Baik..!!

Suatu hari saat aku bersantai di rumah, adikku yang paling bontot mulai berulah, jejingkrakan sambil teriak-teriak “Dua anak lebih baik.. dua anak lebih baik..!! dst (diulang-ulang) seperti orang kesurupan, entah dapat wangsit dari mana dia bisa ngomong kayak gitu, aku saja sampai heran.

Tak lama kemudian dia berhenti berteriak-teriak, tentu karena dapat tumbal, tak lain dan tak bukan tumbalnya adalah ibuku sendiri,

Adekkku: “ Ibu,’ kan dua anak lebih baik, kok ibu punya anak empat?”, dia mulai mengintrogasi ibuku dengan gayangnya yang polos tapi sok tau.
Ibuku: Dengan santainya menjawab, ”Ya sudah kalau dua anak lebih baik, berarti anaknya ibu cuma mbak Ufi & mbak Na, dong.. sana, dek Iffat nggak usah sama ibu..!!” jawab ibuku sekenanya.
Adekku: “Lah, terus dek iffat anak siapa?” tanya adekku dengan wajah memelas.
Ibuku: “ Tu, anak hamster mungkin..” jawab ibuku lagi tanpa merasa bersalah, sambil menunjuk hamster peliharaan adekku yang baru bunting.
Adekkku: “Huaaa.. emoooh.. masak dek Iffat anak hamster??” adekku mulai kesal, tapi wajahnya masih tetap memelas, menunduk, dan terdiam beberapa saat (mungkin berkompromi dengan sesuatu yang tadi sempat merasukinya, hehe...)

Sedangkan aku dan ibuku cekikikan sambil menjauh dari adekku, hingga beberapa saat kemudian, adekku mulai jejingkrakan penuh kemenangan dengan teriakan yang berbeda “empat anak lebih baik.. empat anak lebih baik..!!”,dst (diulang-ulang lagi).

Aku cuma bengong, sambil berkata dalam hati “hoho, ternyata mantra ‘empat anak lebih baik’ bisa mengubah anak hamster kembali menjadi anak manusia lagi, hehe..”


Rumah cahaya, 16/5/11

Baca tulisan lain di ufiunik.blogspot.com

^^ Ungkapkan Cintamu (1) pada Ortu ^^

          Pagi ini suasana anak-anak di TPA tak seperti biasanya, setelah mengaji mereka tidak hafalan, bermain (game), ataupun mendengar cerita dari kakak-kakak pengajar TPA. Ya, mereka duduk mengumpul sibuk dengan kertas berwarna kuning dan ungu, gunting, spidol dan lem yang bergantian dipegang dan sebagian yang lain berserakan di antara tempat duduk mereka. Hampir semua anak-anak itu menggunting kertas dengan pola yang sama, yaitu sebuah pola yang berbentuk hati. Hmm, untuk apa gerangan potongan kertas tersebut? Ya, mereka sedang berkreasi membuat sebuah kartu ucapan cinta untuk bunda. Mereka berkerja membuat ucapan cinta itu dengan diselingi suara riuh rendah canda dan rasa banggaan akan karyanya.

          Senang rasanya bisa bergabung dalam keriuhan mereka, satu persatu memandangi masing-masing anak, ada yang menjahili kawannya, ada yang sibuk memotong, menempel, melipat, menulis, melamun, bahkan menagis merengek pada ibunya. Terlebih lagi ketika melihat hasil karya mereka, ada rasa haru ketika membaca tulisan polos mereka yang mengungkapkan perasaan cintanya pada masing-masing ibundanya. Ada yang sengaja tulisannya diperhatikan padaku, ada yang dengan malu-malu tetap disembunyikan. Ada juga yang benar-benar membuatku geli, karena tak hanya kata-kata cinta yang ditulis tapi juga ucapan “selamat hari ibu..” (padahal kan hari ini tanggal 15 Mei), hmm, setelah kupikir-pikir lagi, bukankah seharusnya hari ibu tak hanya diperingati tiap tanggal 22 Desember? Barangkali seharusnya setiap hari adalah hari ibu.. (terus hari ayah kapan ya?? Kasihan bangeet *_^.

             Ada yang menarik, ternyata anak-anak yang laki-laki setelah kuperhatikan, mereka lebih enggan menulis ungkapan cinta daripada anak perempuan loh,tanya kenapa? Ups, malah kulihat kakak pengajar yang putra yang terlihat sibuk dengan kertasnya, hehe.. Meskipun begitu, ada satu orang anak laki-laki yang sangat bersemangat ikut membuat kartu ucapan cinta untuk bundanya. Siapakah dia? Boleh percaya boleh tidak, dia adalah anak yang selama ini dapat dikatakan paling aktif dan jahil (kebanyakan orang mungkin lebih sering menyebutnya anak nakal). Walaupun dia jahil & usil, kartu ucapan cintanya sungguh di luar dugaan, tak sekedar ucapan cinta, namun juga doa untuk sang ibundanya, Subhanallah..

             Kegiatan ini menjadi sangat menarik untuk ku tulis karena mengingatkanku pada sebuah potret masa laluku yang juga mirip (lebih tepatnya maksa dimirip-miripin sih). Dulu, beberapa bulan sekali biasanya aku membuat surat cinta untuk orang tuaku, yah nggombal dikit ‘kan boleh yaa sama orang tua. Kadang isi surat itu polos, kadang sanjungan & terima kasih, kadang puisi. Awalnya malu-malu karena iseng (lama-lama malu-maluin, hehe..), mungkin karena aktifitasku pas  jadul itu emang mau ga mau ga boleh malu (contohnya nih nari, nyanyi, baca puisi, drum band, teater, bela diri, dll) ya udah cuek aja ^_^ (yah gitu deh, pemikiranku jaman jadul). Sampai pada akhirnya, kebiasaan itu membuatku memiliki panggilan khusus untuk orang tuaku & saudara2ku yaitu dengan embel2  “sayang/cinta” (lebay bangeeet) itu juga kalo kami lagi akur, kalo ga?.......... (biasalah bisa ditebak sendiri, hehe).

             Ada kejadian yang lucu, pernah suatu ketika aku nge-SMS keduaortuku sama-sama ku tulis “I love you” udah gitu aja tanpa embel-embel kata yang lainnya, seperti biasanya ibuku langsung merespon, “I love you too”, sedangkan ayahku malah membalas “Ufi tidak salah kirim kan??”, hiyaaah.. ($^&@&%$#$^&*) aku langsung ngakak.. (ternyata satu misiku gagal teman2, huft..), pernah juga ayahku ngediemin aku gara-gara cemburu aku sms ibuku pake embel-embel, terus habis itu aku sms ayahku polosan, plis deh.. ga bangeet.., (meski sebenernya perang dinginnya cuma bercanda sih biar aku panik ) tapi dengan alasan keamanan uang saku, yah mau ga mau aku harus nggembel-embel terus deh sampe sekarang..hoho..

             Sebenarnya cerita tadi cuma selingan aja sih, intinya adalah setiap muslim khususnya harus saling menyayangi karena Allah (seperti halnya Rasulullah saking sayangnya pada sesama muslim saat itu memberikan gelar sahabat pada orang yang pernah beliau temui yang beriman pada Allah) dan juga wajib hukumnya mencintai orang tua karena Allah.



Allah berfirman, “Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tua.” (QS. Al Ankabut: 8)


Juga sesuai sabda Rasulullah:

Dari Abu Bakrah alias Nufa’i Ibnul Harits ra, ia bercerita,
Rasulullah bersabda, “Maukah kalian aku beritahukan tiga dosa terbesar di antara dosa-dosa besar?
Kami menjawab, “Tentu wahai Rasulullah.”
Beliau bersabda, Yaitu menyekutukan Allah, mendurhakai ke dua orang tua...”
Sambil duduk bersandar beliau lalu meneruskan sabdanya, “Ingat, dan ucapan dusta dan kesaksian palsu.”
Beliau mengulang-ulang perkataan itu, sampai-sampai kami berkata dalam hati, “Semoga saja beliau segera diam.” (HR Bukhari & Muslim)

Dari Abu Hurairah ra, ia ber erita,
Ada seseorang datang menemui Rasulullah dan bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling berhak aku perlakukan dengan baik?"
Beliau menjawab, “Ibundamu.”
Ia bertanya (lagi), “lalu siapa?”
Beliau menjawab, “Ibundamu.”
Ia bertanya, “lalu siapa?”
Beliau menjawab, “Ibundamu.”
Ia bertanya lagi, “kemudian siapa?”
Beliau menjawab, “Ayahandamu” (HR Bukhari & Muslim).


Semoga tulisan ini bermanfaat..

Yuuk, berlomba-lomba mencintai orang tua dan saudara-saudara kita ^^

Rumah cahaya, 16/5/11


Baca tulisan lain di ufiunik.blogspot.com
Nantikan lanjutan tulisan Ungkapkan cintamu sesi 2 yaaa ^^



15 May 2011

50 Tahun Salah Paham

Menemukan kembali sebuah cerita sederhana yang menurut saya memilikui makna yang dalam (hasil ngubek2 email lama) dari sebuah milis.. semoga bermanfaat dan bisa diambil hikmahnya ^^


Dikisahkan, disebuh gedung pertemuan yang amat megah, seorang pejabat senior istana sedang menyelenggarakan pesta ulang tahun perkawinannya yang ke-50. Peringatan kawin emas itu ramai didatangi oleh tamu-tamu penting seperti para bangsawan, pejabat istana, pedagang besar serta seniman-seniman terpandang dari seluruh pelosok negeri. Bahkan kerabat serta kolega dari kerajaan-kerajaan tetangga juga hadir. Pesta ulang tahun perkawinan pun berlangsung dengan megah dan sangat meriah. 


Setelah berbagai macam hiburan ditampilkan, sampailah pada puncak acara, yaitu jamuan makan malam yang sangat mewah. Sebelum menikmati kamuan tersebut, seluruh hadirin mengikuti prosesi penyerahan hidangan istimewa dari sang pejabat istana kepada istri tercinta. Hidangan itu tak lain adalah sepotong ikan emas yang diletakkan di sebuah piring besar yang mahal. Ikan emas itu dimasak langsung oleh koki kerajaan yang sangat terkenal. 


 "Hadirin sekalian, ikan emas ini bukanlah ikan yang mahal. Tetapi, inilah ikan kegemaran kami berdua, sejak kami menikah dan masih belum punya apa-apa, sampai kemudian di usia perkawinan kami yang ke-50 serta dengan segala keberhasilan ini. Ikan emas ini tetap menjadi simbol kedekatan, kemesraan, kehangatan, dan cinta kasih kami yang abadi," kata sang pejabat senior dalam pidato singkatnya. 

Lalu, tibalah detik-detik yang istimewa yang mana seluruh hadirin tampak khidmat menyimak prosesi tersebut. Pejabat senior istana mengambil piring, lalu memotong bagian kepala dan ekor ikan emas. 

       
Dengan senyum mesra dan penuh kelembutan, ia berikan piring berisikan potongan kepala dan ekor ikan emas tadi kepada isterinya. 

       

Ketika tangan sang isteri menerima piring itu, serentak hadirin bertepuk tangan dengan meriah sekali. Untuk beberapa saat, mereka tampak ikut terbawa oleh suasana romantis, penuh kebahagiaan, dan mengharukan tersebut. 
      
Namun  suasana tiba-tiba jadi hening dan senyap. Samar-samar terdengar isak tangis si isteri pejabat senior. Sesaat kemudian, isak tangis itu meledak dan memecah kesunyian gedung pesta. Para tamu yang ikut tertawa bahagia mendadak jadi diam menunggu apa gerangan yang bakal terjadi. Sang pejabat tampak kikuk dan kebingungan. Lalu ia mendekati isterinya dan bertanya "Mengapa engkau menangis, isteriku?" 
      
Setelah tangisan reda, sang isteri menjelaskan "Suamiku, sudah 50 tahun usia pernikahan kita. Selama itu, aku telah dengan melayani dalam duka dan suka tanpa pernah mengeluh. Demi kasihku kepadamu, aku telah rela selalu makan 
kepala dan ekor ikan emas selama 50 tahun ini. Tapi sungguh tak kusangka, di hari istimewa ini engkau masih saja memberiku bagian yang sama. Ketahuilah suamiku, itulah bagian yang paling tidak aku sukai." tutur sang isteri. 
      
Pejabat senior terdiam dan terpana sesaat. Lalu dengan mata berkaca-kaca pula, ia berkata kepada isterinya," Isteriku yang tercinta, 50 tahun yang lalu saat aku masih miskin, kau bersedia menjadi isteriku. Aku sungguh-sungguh bahagia dan sangat mencintaimu. Sejak itu aku bersumpah pada diriku sendiri, bahwa seumur hidup aku akan bekerja keras, membahagiakanmu, membalas cinta kasih dan pengorbananmu. " 
      
Sambil mengusap air matanya, pejabat senior itu melanjutkan, "Demi Tuhan, setiap makan ikan emas, bagian yang paling aku sukai adalah kepala dan ekornya. Tapi sejak kita menikah, aku rela menyantap bagian tubuh ikan emas itu. Semua kulakukan demi sumpahku untuk memberikan yang paling berharga buatmu." 
    

Sang pejabat terdiam sejenak, lalu ia melanjutkan lagi "Walaupun telah hidup bersama selama 50 tahun dan selalu saling mencintai, ternyata kita tidak cukup saling memahami. Maafkan saya, hingga detik ini belum tahu bagaimana 

cara membuatmu bahagia." Akhirnya, sang pejabat memeluk isterinya dengan erat. Tamu-tamu terhormat pun tersentuh hatinya melihat keharuan tadi dan mereka kemudian bersulang untuk menghormati kedua pasangan tersebut. 

      
Moral 
cerita diatas: 
      
Bisa saja, sepasang suami - isteri saling mencintai dan hidup serumah selama bertahun-tahun lamanya. Tetapi jika di antaranya tidak ada saling keterbukaan dalam komunikasi, maka kemesraan mereka sesungguhnya rawan dengan konflik. Kebiasaan memendam masalah itu cukup riskan karena seperti menyimpan bom waktu dalam keluarga. Kalau perbedaan tetap disimpan sebagai  ganjalan dihati, tidak pernah dibiacarakan secara tulus dan terbuka, dan ketidakpuasan terus bermunculan, maka konflik akan semakin tak tertahankan dan akhirnya bisa meledak. Jika keadaan sudah seperti ini, tentulah luka yang ditimbulkan akan semakin dalam dan terasa lebih menyakitkan. 


Kita haruslah selalu membangun pola komunikasi yang terbuka dengan dilandasi kasih, kejujuran, kesetiaan, kepercayaan, pengertian dan kebiasaan berpikir positif. 

      

Saat bertemu orang yang pernah salah-paham padamu, gunakan saat tersebut untuk menjelaskannaya. Karena engkau mungkin hanya punya satu kesempatan itu saja untuk menjelaskan.  
     
      
Oleh: Tidak diketahui
Sumber : heartnsouls. com 

tulisanku yang lain silakan kunjungi: ufiunik.blogspot.com