10 January 2013

Menikah, siap?

Tulisan lama repost dari notes facebook.

Malam itu, ada satu kejutan indah yang ku dapat dari rumah cahaya, setelah kejutan dari pengumuman pernikahan saudari kami, maka malam itu kejutan selanjutnya berasal dari pengurus rumah cahaya yang memberi kesan khusus bagiku. Rumah cahaya kami kedatangan tamu spesial ust. Salim A. Fillah sebagai dosen tamu menggantikan jadwal mengajar ust. Solihun yang juga tetap datang di rumah cahaya kami. Tak pernah terbesit dalam pikiran ini bahwa akan ada tamu spesial untuk menyajikan materi tentang pernikahan dengan dibersamai oleh ust. Deden sebagai moderatornya.. dihadiri juga istri beliau beserta bidadari kecilnya.
Dengan dukungan sahabat2 saya, ulasan materi itu saya tulis di sini dan saya share untuk teman2 semua.. semoga bermanfaat.

Beberapa poin penting tentang pernikahan:

Definisi secara takrif, pernikahan yaitu berkumpulnya laki2 dan perempuan dalam suatu ikatan.

1. Segi Hukum
Pernikahan merupakan suatu syariat yang paling tua umurnya, paling primer yaitu bertujuan untuk menjaga keturunan manusia, yang ada semenjak Nabi Adam dan Hawa. Bagi ummat Nabi Muhammad SAW hukum menikah lebih mendekati sunah ketimbang mubah, karena lebih banyak hadist yang merujuk ke arah itu (silakan dicari referensinya..)
Ingat, sebuah penggalan hadist : “barang siapa benci terhadap sunnahku maka dia tidak termasuk golonganku”.
Tapi, saya sarankan rekan2 untuk mengetahui hukum2 nikah terlebih dahulu dan ukur kemampuan anda.. (yang belum memenuhi dimohon untuk bersabar.. hehe..)

2. Segi Dakwah
Pernikahan merupakan pilar untuk menyebarkan dakwah seluas-luasnya untuk mengembalikan kejayaan Islam, karena pernikahan dapat menebarkan kebaikan, baik kebaikan bagi keluarga dan juga masyarakat. Oleh ust. Salim juga disebutkan sebuah ungkapan: “menunda pernikahan berarti menunda kebangkitan Islam” ( Ups, tapi jangan buru2 mengambil kesimpulan, loh yaa... ).

Dicontohkan dalam sebuah film yang menceritakan tentang kehidupan di Amerika , di sana orang2 pintar dan berkepribadian baik biasanya memilih untuk menunda pernikahan bahkan akan berpikir beribu kali untuk memiliki anak (intinya semua hal terlalu dipertimbangkan entah pekerjaan, pendidikan anak, dll). Hal ini berkebalikan dengan orang biasa dengan kepribadian yang rendah malahan sering mengumbar nafsu dengan melakukan seks bebas dimana-mana sehingga memiliki banyak anak yang pada akhirnya menimbulkan masalah baru yaitu kualitas masyarakat tergeser ke arah yang semakin rendah (inginkah negara kita mengalami hal yang serupa??).
Analog dengan itu, kemajuan dan kebangkitan Islam akan melaju pesat sebanding dengan banyaknya anak-anak muslim yang berkualitas yang dilahirkan sehingga menambah kualitas masyarakat Islam dan kuantitasnya di masa yang akan datang (asal tidak dengan kloning loh ya..)

3. Tarbiyah (pendidikan) kita
Menikah tidak sekedar sarana untuk memenuhi kebutuhan biologis, atau pun menyatukan 2 orang laki-laki dan perempuan beserta keluarganya, namun juga sebagai sarana pendidikan baik diri sendiri, pasangan, anak, keluarga, bahkan pembantu dalam rumah tangga (jika ada). Terkait dengan pembantu, ada sebuah fatwa yang menyebutkan bahwa jika ada seorang lelaki menikahi seorang perempuan, maka hendaknya menyediakan pembantu sekurang-kurangnya sejumlah yang dimiliki keluarga perempuan itu sebelum menikah (maaf jika terkesan memberatkan, sebatas wacana, toh banyak kan pasangan yang memilih tidak memiliki pembantu, don’t worry...).

Intinya, dengan menikah akan semakin banyak ilmu, pengalaman serta pengetahuan lain yang bisa di share dan diturunkan pada anak nantinya. Jika anda merasa sudah mampu, maka menikahlah.. (banyak sumber yang menekankan tentang hal ini). Tapi, ingat bahwa kita harus melakukan berbagai persiapan menghadapi pernikahan, (jika untuk menghadapi UN yang berlangsung tak lebih dari 1minggu, persiapan yang kita lakukan minimal hingga 1 tahun, masa’ untuk pernikahan dengan jangka seumur hidup kita malah tanpa persiapan??)

Tapi, siap tak siap jika waktunya sudah tibamaka akan sulit untuk menundanya, toh tidak boleh kan jika menolak seseorang yang shaleh tanpa sebab yang memberatkan (boleh sih kalau mau terus menunda, tapi mau sampai kapan? bukankah lebih baik untuk menyegerakannya..?? )

Menikah tentu butuh persiapan, lalu apa saja yang mesti disiapkan?

1. Persiapan Ruhiyah
Yaitu persiapan dengan memandang pernikahan sebagai dakwah dan pendidikan yang tiada henti sebagai bentuk ibadah kita padaAllah (pernikahan bukan menjadi sebuah ekpektasi melainkan menjadi sebuah obsesi).
Selain itu kita juga harus siap menanggung beban berat pernikahan yang merupakan separuh bagian dari agama, porsi yang besar memang, karena di dalamnya ada pembelajaran yang tiada henti untuk menyatukan perbedaan dan menerima berbagai persoalan yang timbul dengan mengembalikannya pada aturan Allah.
Oleh karena besarnya beban yang akan kita emban, maka persiapan ruhiyah ini tidak hanya dilakukan sebatas ketika belum menikah, tapi sepanjang waktu hingga akhir hayat dengan diimbangi sabar dan syukur sebagai obat dari segala ujian yang kita terima dari Allah.

2. Persiapan keilmuan
a. Ilmu agama (fiqih, syari’at, dll)
Ilmu agama sangat penting untuk didalami sehingga ketika ada masalah dalam pernikahan dapat dipecahkan sesuai dengan syari’at Allah (karena pasti akan ada kebiasaan baru yang berbeda setelah menikah yang juga menyangkut ibadah misal tentang shalat berjamaah, hubungan suami istri, anak dan yg lainnya). Hal ini sangat penting terutama bagi lelaki yang akan menjadi imam dalam keluarga.. subhanallah..hebat ya, setelah menikah naik derajatnya langsung punya gelar imam :D

b. Tsaqofiyah (wawasan)
- Kenali lelaki & perempuan
Harap maklum, lelaki dan perempuan memiliki sifat dasar yang berbeda (bahkana ada bukunya kan: men are from mars, women are from venus cukup bagus untuk dibaca sebagai bekal ^_^). Paling tidak harus tahu, misal dalam menaggapi masalah: wanita seringkali seakan selalu punya “masalah besar” namun sebenarnya dia tak ingin solusi, hanya ingin didengarkan dan dimengerti (intinya setiap punya masalah pengennya curhat sebelum ada solusi, gitu..).

Berkebalikan dengan lelaki yang cenderung diam dan lebih suka menyendiri ketika memiliki masalah dan akan menceritakan dengan bangga setelah ia berhasil menghadapi masalahnya (begitu bukan??) sayangnya banyak yang belum mengerti tentang perbedaan2 seperti ini (padahal masih banyak perbedaan2 lain loh..) yang jika tidak tahu biasanya memuncak menjadi masalah yang besar dalam pernikahan (so, perbanyak wawasan kita dari sekarang..)

- Pendidikan anak
Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan utama, maka manfaatkanlah sebaik2nya masa golden age pada anak untuk mendidik banyak hal. Yang terpenting adalah ada landasan keimanan dan kesadaran untuk ibadah. Penerapannya antara lain dengan mengajak anak shalat berjamaah sejak bayi (bukankan Nabi juga dulu begitu, shalat dengan menggendong bayi -Husain-, bahkan hingga ia berkuda-kudaan dalam shalat beliau, tapi hal ini sekarang jarang ditemui bahkan banyak orang tua justru melarang anaknya ikut shalat dengan alasan agar tidak mengganggu orang lain yang shalat. Hal ini penting karena akan menanamkan kesadaran yang dalam pada anak untuk terbiasa shalat tepat waktu secara berjama’ah dan tetap merasa bahwa ibadah bukan larangan, namun kewajiban yang menyenangkan, begitulah dahulu Nabi mencetak seorang Husain sehingga dikenal menjadi ahli sujud (ibadah). Begitu pula dengan ilmu-ilmu lain seperti membaca Al-Qur’an, akhlaq, dan ilmu umum lainnya agar kelak menjadi generasi penerus yang lebih baik dan berkualitas.

3. Persiapan fisik
persiapan fisik yang dilakukan yaitu dengan menerapkan pola hidup yang sehat semenjak sebelum menikah sehingga bisa melahirkan generasi yang lebih baik. Hal ini didukung dengan lebih selektif dalam memilih makanan (mengurangi makanan dengan tambahan bahan kimia seperti penyedap, pengawet dan pewarna buatan serta harus dipastikan kehalalannya). Juga mengkonsumsi makanan dengan porsi dan komposisi yang tepat. Terlalu banyak makan dapat menimbulkan munculnya banyak penyakit, begitu juga dengan makan daging terlalu sering dapat mengakibatkan penyakit stroke, jantung, kanker, dan yang lain.. Angkah lebih baik jika mulai sekarang sering membaca buku-buku tentang food combining (terutama bagi wanita agar kelak bisa memberi asupan nutrisi yang tepat bagi anak, dan suami kelak, sehingga menjadi keluarga yang sehat yang tidak merepotkan orang lain di masa yang akan datang) ups, jangan lupa belajar masak, penting karena di luar sana banyak sekali makanan yang kurang sehat, ok..

Ada lagi yang kelewat, yaitu untuk check up sedini mungkin sehingga mengetahui jika memiliki penyakit menurun atau yang lainnya sehingga dapat diantisipasi secepatnya sehingga tidak menurun ke anak kelak, termasuk memperhatikan kesehatan reproduksi.

4. Persiapan finansial
Orang jawa bilang: jer basuki mawa bea, maksudya yaitu segala sesuatu membutuhkan biaya. Yup, termasuk dengan menikah. Selain kemampuan finansial (menghasilkan uang) diharapkan juga harus mampu memanage uang untuk berbagai kebutuhan (kebutuhan primer, pendidikan, zakat, penampilan, sosial, dan kebutuhan lainnya). Seorang istri juga bisa ikut serta membantu suami dalam hal finansial meskipun bukan merupakan kewajiban layaknya suami (asal harus dengan seijin suaminya), dan uang sang istri yang digunakan dalam keluarga akan dihitung sebagai shadaqah. Ada baiknya jika mampu mencari stategi agar dapat menghasilkan uang (bekerja) tanpa harus meninggalkan keluarga.

5. Persiapan sosial
Persiapan sosial sangat penting karena pada akhirnya kita akan hidup berdampingan dengan masyarakat dan bersosialisasi dengan masyarakat yang masih asing. Masyarakat seringkali sangat sosialis sehingga mengharap warganya untuk dapat sering berbaur. Dalam hal ini kita hendaknya membekali diri dengan mengikuti organisasi dan melengkapi diri dengan skill yang dibutuhkan masyarakat. Kita juga harus bisa mengambil peran strategis di masyarakat (entah dalam perkumpulan, maupun di organisasi masyarakat, jika perlu ada targetannya..) sehingga kita bisa ikut serta memberi manfaat di lingkungan kita. Maka ada baiknya disediakan waktu dan tenaga untuk sosial juga finansial untuk sosial misal menghadiri undangan, menjenguk orang sakit, dll.

Akan lebih baik lagi jika ditambah dengan mengenali budaya lain karena barangkali kita akan tinggal di daerah yang masih asing atau pun ketika ditakdirkan memiliki pasangan yang memiliki budaya yang berbeda dengan keluarga asal kita. (contoh sama-sama Jawa misalnya Barat dan Timur kadang memiliki kosa kata yang sama tapi arti yang berbada, berabe kan jadinya kalo sebenarnya mau memuji malah, dikira menghina.. hehe..). Ada juga budaya yang menganggap peran laki-laki dan perampuan sama, tapi ada juga yang tidak. 


Namun kata ust. Salim (lagi) tugas perempuan yang tidak bisa digantikan hanya tiga : hamil, melahirkan dan menyusui . So, urusan lain adalah tugas bersama suami-istri tergantung kesepakatan (MOU) atau budaya yang telah disetujui.

Sampai disini dulu sedikit serba-serbi pernikahan. Mungkin hampir sama dengan yang ada di buku-buku pernikahan, dan dapat diperkaya dari sana.

Terima kasih untuk semua ust/ustzh di rumah cahaya, pemandu serta semua saudariku disana. Semoga kita dapat menggapai ridha ilahi, dan membangun rumah surga bersama.

Jika ada salah dan kurangnya saya mohon maaf dan mohon untuk memberi masukan. Terima kasih :)

Ufi Unik



09 January 2013

Sepenggal Pengalaman Diklatsar BSMI

Saya ingin berbagi sedikit pengalaman saat mengikuti Diklatsar Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) Wilayah Yogyakarta tanggal 29-30 Desember 2012  lalu di Youth Center. Kegiatan dimulai pagi hari dan dibuka dengan upacara resmi di lapangan, dilanjutkan dengan materi yang disampaikan oleh beberapa orang dokter dan anggota BSMI lainnya, antara lain materi sejarah BSMI, organisasi BSMI, praktik tali temali, teknik pertolongan terhadap korban bencana dan lainnya. 
lambang BSMI
Bagi yang belum mengenal BSMI, saya beri sedikit bocoran sejarahnya yaa.. Jadi BSMI merupakan lembaga kemanusiaan yang tidak terkooptasi oleh kepentingan individu atau lembaga lainnya yang memberikan dukungan dan pertolongan kepada yang membutuhkan tanpa memandang ras, kelas, negara, dan aspirasi politik. Lahirnya BSMI dideklarasikan pada hari Sabtu 8 Juni 2002 sebagai lembaga kemanusiaan dan sosial di bidang kesehatan bertempat di Masjid Al Azhar Jakarta, dan dihadiri oleh ketua MUI, tokoh masyarakat, organisasi Islam, lembaga kemanusiaan, LAZ, mahasiswa dan pelajar.

saat materi tali temali, membuat dragbar
Kembali ke Diklatsar lagi, okey.. Nah, selain materi yang berupa teori, saat Diklatsar peserta juga juga diuji mentalnya untuk praktik menanggapi suatu bencana, sehingga kegiatan didesain sedemikian rupa menyerupai kondisi di lokasi bencana. Saat malam seusai materi dalam kelas, peserta diminta mendirikan tenda dengan alat terbatas, juga memasak tanpa kompor hanya memanfaatkan parafin dengan alat masak dan bahan makanan seadanya.

tenda yang berdiri 
Dini hari, peserta dibangunkan untuk menangani korban dalam simulasi bencana. Dalam simulasi tersebut, peserta dibagi menjadi 3 tim yaitu tim triase, tim evakuasi dan tim medis yang satu sama lain harus ada sinergi dan koordinasi yang baik untuk dapat menolong korban bencana dengan berbagai kondisi mulai dari luka ringan, patah tulang, hingga yang telah meninggal. Setiap tim harus memiliki skill yang sesuai untuk dapat menjalankan tugasnya dengan baik tanpa menambah bahaya baik bagi dirinya sendiri maupun korban yang ditolong, dan kecakapan peserta inilah yang kemudian dinilai oleh para senior di BSMI untuk dievaluasi. 

Hari ke-2 Diklatsar bagi saya terasa lebih menyenangkan, karena sebagian besar kegiatan dilakukan di luar ruangan maka tidak lagi jenuh atau mengantuk seperti yang sempat saya rasakan pada materi sejarah, haha.. Pagi hari diisi dengan olah raga bersama kemudian dibagi beberapa tim untuk melakukan wawancara ke warga sekitar, berbelanja ke pasar (dengan biaya dan menu yang sudah ditentukan) dan tim memasak sebagai sarana latihan di dapur umum saat bencana terjadi.

Suasana masak memasak, dapur umum
Ternyata, sebelum makan bersama, masih pula ada penilaian terhadap masakan, apakah masakan memenuhi standar gizi, kebersihan dan rasa untuk bisa di hidangkan pada korban bencana, hoho.. dan hasilnyaaa.. Alhamdulillah memuskan :)

masakan akan dinilai nih
Kegiatan selanjutnya lebih seru lagi loh? ada yang bisa menebak? Yuup, outbound. Berbagai rangkaian permainan dalam tim dihadirkan dalam outbound Diklatsar BSMI. Semuanya seru, tapi yang paling seru adalah saat peserta diuji nyalinya untuk turun dari atas jembatan, menggantung di tali dengan teknik heli. Asyik, tak kalah seru dengan permainan flying fox, bedanya dalam teknik ini kita sendiri yang mengatur kecepatan untuk turun ke bawah. Selain sebagai permainan, teknik heli juga biasa digunakan untuk evakuasi ketika terjadi bencana di tempat dengan ketinggian loh.

saya baru nggantung, narsis :)
Kegiatan terakhir Diklatsar BSMI adalah pembagian divisi, sharing dan penutupan. Upacara penutupan dilakukan selain untuk menutup kegiatan Diklatsar BSMI juga melantik anggota baru yang secara resmi diterima menjadi bagian keluarga besar BSMI Yogyakarta sekaligus menjadi relawan BSMI yang harus siap sedia ketika ada panggilan bencana. 

BSMI yang berjargon 'care for live' pada akhirnya mempu membuka lebih lebar mata saya, bahwa menjadi seorang relawan, menolong  itu membutuhkan skill, tidak boleh sembarangan karena bisa berakibat fatal. Maka jadilah golongan manusia terbaik dengan belajar untuk bisa memberi manfaat sebanyak-banyaknya bagi sesama.

Bagi yang ingin mengetahui kegiatan-kegiatan di BSMI silahkan klik di sini


Semoga bermanfaat :)