lambang BSMI |
Bagi yang belum mengenal BSMI, saya beri sedikit bocoran sejarahnya yaa.. Jadi BSMI merupakan lembaga kemanusiaan yang tidak terkooptasi oleh kepentingan individu atau lembaga lainnya yang memberikan dukungan dan pertolongan kepada yang membutuhkan tanpa memandang ras, kelas, negara, dan aspirasi politik. Lahirnya BSMI dideklarasikan pada hari Sabtu 8 Juni 2002 sebagai lembaga kemanusiaan dan sosial di bidang kesehatan bertempat di Masjid Al Azhar Jakarta, dan dihadiri oleh ketua MUI, tokoh masyarakat, organisasi Islam, lembaga kemanusiaan, LAZ, mahasiswa dan pelajar.
saat materi tali temali, membuat dragbar |
Kembali ke Diklatsar lagi, okey.. Nah, selain materi yang berupa teori, saat Diklatsar peserta juga juga diuji mentalnya untuk praktik menanggapi suatu bencana, sehingga kegiatan didesain sedemikian rupa menyerupai kondisi di lokasi bencana. Saat malam seusai materi dalam kelas, peserta diminta mendirikan tenda dengan alat terbatas, juga memasak tanpa kompor hanya memanfaatkan parafin dengan alat masak dan bahan makanan seadanya.
tenda yang berdiri |
Dini hari, peserta dibangunkan untuk menangani korban dalam simulasi bencana. Dalam simulasi tersebut, peserta dibagi menjadi 3 tim yaitu tim triase, tim evakuasi dan tim medis yang satu sama lain harus ada sinergi dan koordinasi yang baik untuk dapat menolong korban bencana dengan berbagai kondisi mulai dari luka ringan, patah tulang, hingga yang telah meninggal. Setiap tim harus memiliki skill yang sesuai untuk dapat menjalankan tugasnya dengan baik tanpa menambah bahaya baik bagi dirinya sendiri maupun korban yang ditolong, dan kecakapan peserta inilah yang kemudian dinilai oleh para senior di BSMI untuk dievaluasi.
Hari ke-2 Diklatsar bagi saya terasa lebih menyenangkan, karena sebagian besar kegiatan dilakukan di luar ruangan maka tidak lagi jenuh atau mengantuk seperti yang sempat saya rasakan pada materi sejarah, haha.. Pagi hari diisi dengan olah raga bersama kemudian dibagi beberapa tim untuk melakukan wawancara ke warga sekitar, berbelanja ke pasar (dengan biaya dan menu yang sudah ditentukan) dan tim memasak sebagai sarana latihan di dapur umum saat bencana terjadi.
Suasana masak memasak, dapur umum |
Ternyata, sebelum makan bersama, masih pula ada penilaian terhadap masakan, apakah masakan memenuhi standar gizi, kebersihan dan rasa untuk bisa di hidangkan pada korban bencana, hoho.. dan hasilnyaaa.. Alhamdulillah memuskan :)
masakan akan dinilai nih |
saya baru nggantung, narsis :) |
Kegiatan terakhir Diklatsar BSMI adalah pembagian divisi, sharing dan penutupan. Upacara penutupan dilakukan selain untuk menutup kegiatan Diklatsar BSMI juga melantik anggota baru yang secara resmi diterima menjadi bagian keluarga besar BSMI Yogyakarta sekaligus menjadi relawan BSMI yang harus siap sedia ketika ada panggilan bencana.
BSMI yang berjargon 'care for live' pada akhirnya mempu membuka lebih lebar mata saya, bahwa menjadi seorang relawan, menolong itu membutuhkan skill, tidak boleh sembarangan karena bisa berakibat fatal. Maka jadilah golongan manusia terbaik dengan belajar untuk bisa memberi manfaat sebanyak-banyaknya bagi sesama.
Bagi yang ingin mengetahui kegiatan-kegiatan di BSMI silahkan klik di sini
Semoga bermanfaat :)
0 komentar:
Post a Comment
silakan memberi komentar: