Sudah menjadi rahasia umum di balik cantiknya jajanan yang menggoda anak-anak
terkandung berbagai zat yang berbahaya bagi kesehatannya. Berikut ini berbagai
zat berbahaya dan ancamannya bagi kesehatan.
Zat
terlarang yang terkandung dalam bahan makanan:
- Zat pewarna yang dilarang,
antara lain auramine, metanil yellow, chrysoidine, rhodamin, burn
umber. Zat pewarna yang dimaksud dipergunakan untuk pewarna industri
tekstil dan lain-lain.
- Zat pengawet, seperti
nitrofuran, asam benzoate, dan kloroform. Formalin dan boraks juga berada
di antara pengawet yang dilarang karena bukan untuk digunakan pada
makanan.
- Zat pemanis, sakharin, siklamat dan juga aspartame (yang saat ini dinilai sebagai
pemanis yang tidak berbahaya)
Bahaya yang mengancam:
- Zat pewarna seperti rhodamin,
jika dikonsumsi secara berlebihan akan menyebabkan kanker hati beberapa
tahun mendatang.
- Vetsin atau mono sodium
glutamate (MSG) yang dikonsumsi secara berlebihan bisa menyebabkan kanker.
Dalam jangka pendek bisa juga menyebabkan pusing dan mual.
- Formalin dan boraks bisa
membuat gangguan pencernaan, muntah-muntah, hingga depresi system saraf.
- Pencemaran timbal (Pb) pada
makanan yang dijajakan di pinggir jalan tidak bisa diremehkan karena bisa
mengakibatkan infertilitas, kelumpuhan, mual, dan muntah-muntah, sakit
kepala, hingga kesulitan berpikir.
- Selain timbale, makanan jajanan
yang tidak higienis sangat mungkin tercemar bakteri E.coli. Bakteri ini
menyebabkan sakit perut, diare dan gangguan pencernaan lainnya.
Selain berbahaya bagi kesehatan, jajan juga mengakibatkan pemborosan
keuangan, karena sebagian besar anak-anak yang doyan jajan tidak menghabiskan
makanan yang dibelinya, namun hanya memuaskan nafsu jajannya. Jika hal ini
menjadi kebiasaan, ketika si anak dewasa ada kemungkinan dia menjadi kurang pandai
mengelola keuangan dengan baik karena sering terjebak dengan nafsu belanja
sesaat.
Penyebab anak sering jajan cara mengatasinya antara lain:
·
Meniru
orang tua atau orang2 disekitarnya
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa anak-anak adalah
peniru ulung yang akan meniru apa yang didengar dan dilihatnya termasuk apa
yang dimakan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah media yang juga berpengaruh sangat besar terhadap
kebiasaan anak terutama televisi, banyak iklan makanan “buruk” ditayangkan
hampir 24 jam turut serta mewarnai kebiasaan anak.
sebaiknya, tua harus bisa mengontrol kebiasaan jajan,
atau tidak memperlihatkan jajanan pada anak. Selain itu orang tua juga harus
pandai-pandai memberi pengertian pada anak akan bahaya jajanan yang tidak sehat
meskipun sepintas terlihat begitu menarik.
·
Orang
tua terbiasa “menyogok” anak yang rewel dengan memberi jajanan
Adakalanya bukan orang tua yang memberi, tapi juga orang
lain yang berusaha menenangkan anak dengan cara pintas. Efeknya, anak yang
terbiasa dengan jajanan yang rasanya “enak” menjadi sulit makan makanan yang
sehat namun tidak terlalu “enak”.
Sarannya, orang tua harus bisa memberi pemahaman dengan
komunikasi yang baik terhadap anak, mengajak bermain, bercerita, atau kegiatan
lain yang bisa menghilangkan atau membuat anak lupa dengan keinginan jajannya.
Jika anak masih rewel dengan ingin jajan, ada baiknya orang tua membuat makanan
yang serupa dengan yang diinginkan anak dengan komponen yang lebih sehat,
tentunya dengan mengajak serta anak untuk membuat makanannya tersebut, biasanya
anak akan bangga dan senang memakan makanan buatannya sendiri.
·
Anak
sering diajak jajan oleh orang tua
Orang tua yang sering mengajak anaknya jajan biasanya
akan mengakibatkan anak “menagih” jajan lagi.
Jadi, sebelum bepergian seharusnya baik anak maupun orang
tua sama-sama mengenyangkan perut dulu di rumah, jika taerpaksa harus jajan di
luar maka harus selektif memilih makanan yang akan dimakan.
·
Manajemen
uang saku yang kurang baik
Uang saku yang berlebih tanpa memberi pengertian akan
tentang bagaimana cara memanagenya dapat mengakibatkan budaya konsumtif pada
anak untuk jajan terus menerus.
Alangkah lebih baik jika orang tua memahamkan pada anak
akan pentingnya mengelola uang saku dengan mengajarkan menabung, adanya uang
sosial untuk diberikan pada yang berhak, dan hal lain selain jajan. Ketika anak
sudah semakin mengerti, ada baiknya memberi uang saku mingguan, kemudian
bulanan dan melarangnya meminta sebelum waktu yang ditetapkan. Hal ini dapat
membantu anak untuk mengontrol pengeluarannya sendiri yang akan sangat membantu
ketika anak beranjak dewasa.
Poin terpenting adalah kelurga, keluarga merupakan lingkungan yang paling
berpengaruh terhadap kebiasaan anak. Keluarga yang dibiasakan dengan masakan
rumah dan cemilan sehat yang selalu tersedia di rumah akan signifikan
mengurangi keinginan jajan anak di luar rumah terutama jika makanan yang
tersedia di rumah bervariasi dan disajikan secara kreatif. Begitu juga dengan
kebiasaan makan bersama antar anggota keluarga, makan bersama dengan suasana
yang nyaman akan membuat anak lebih nyaman untuk makan lebih banyak di rumah. Meski
tak semua jajan itu buruk namun tetap lebih baik untuk tidak membiasakan.
NB: saya sendiri dari kecil tidak terbiasa banyak jajan, sampai dengan
sekarang saya lebih suka makanan rumah atau memasak sendiri. Memang sebagai
anak kecil dulu saya juga cukup sulit mengerti peraturan baik orang tua
khususnya dalam hal jajan. Namun, lama kelamaan mulai terbiasa dan menikmati
karena orang tua selalu on time dalam menyiapkan makanan, juga camilan termasuk
buah-buahan. Nah, ketika dewasa, tubuh juga menjadi sensitif ketika makan
makanan yang kurang sehat misal mie instant, es atau makanan lain yang
berpengawet, perasa kimiawi dan rekan2nya. Oleh karena itu makanan sehat tetap
menjadi prioritas bagi saya sebelum memakan yang lainnya. semoga bermanfaat J
sumber gambar dari sini
teriamakasih banyak, sangat menarik sekali pembahasannya...
ReplyDelete