Ramadhan yang telah berlalu
menyisakan banyak kisah yang tak tergantikan. Saat masjid-masjid dipenuhi
aktivitas ibadah mulai dari tilawah, tadarus, shalat, i’tikaf dan lainnya. Di
masjid pula berbondong-bondong muslim dari berbagai penjuru disatukan dalam
shaf-shaf yang rapi saat shalat tanpa memandang jabatan, umur, ataupun kekayaan.
Saat satu sama lain saling berbagi tempat, berbagi makanan untuk berbuka, mungkin
juga sajadah, atau pun yang lainnya (hmm, tiba2 teringat salah satu iklan
beberapa tahun lalu, hehe..) indahyaaa..
Pada suatu hari yang indah di
bulan Ramadhan, kisah persaudaraan dalam cerita ini berawal. Hari itu, aku dipertemukan oleh Alloh dengan
saudara-saudara baru dari berbagai penjuru, dari berbagai kalangan. Ada dua
orang wanita yang baru beberapa jam saja bertemu lantas mau mengikutiku sejenak
mampir ke rumah kontrakan untuk berbuka bersama, wow kan. Perjalanan
dari tempat kami bertemu hingga kontrakan cukup membuat waktu makan kami semakin
mendekati waktu shalat Isya’ (harap maklum aq tu kan lelet kalo makan, hehe) ,
akhirnya kami pun memutuskan untuk shalat berjamaah di rumah dan melanjutkan shalat
tarawih di masjid kampus.
Dalam pikiran kami, sudah
diperhitungkan tidak akan terlambat mengikuti shalat tarawih malam itu, karena
biasanya setelah shalat Isya kan ada ceramah, sebelum kemudian diakhiri shalat
tarawih berjamaah (dalam hati sudah optimis nih, yes, perhitungan sudah akurat..).
Tahukah kawan apa yang terjadi sesampainya di sana? Taraa.. kenyataan tidak seperti apa yang kami
bayangkan, sesampainya di sana shalat tarawih telah dimulai segera setelah
shalat Isya’, baru kemudian diakhiri dengan ceramah, jamaahnya pun meluap
hingga melebihi separuh halaman depan masjid. Ow,ow,,ternyata malam itu yang
menjadi imam sekaligus penceramah adalah ust. Yusuf Mansur, hmm, pantas saja
masjid menjadi sangat ramai dan kami pun kesulitan mencari shaf yang kosong.
Setelah kami mengintari sebagian halaman (kayaknya sih ga bener2 mengintari,hehe..
Soalnya sibuk bingung sendiri :D) baru kemudian kami dapatkan shaf yang
tengahnya kosong dan sangat pas untuk ditempati kami bertiga seakan-akan shaf
itu memang telah disediakan bagi kami, Subhanallah yaa.. Sesaat, kami pun larut
dalam kekhusyukan beberapa rakaat shalat yang akhir.
Seusai shalat, baru kami ketahui
bahwa salah satu ibu di samping kami pun juga terlambat (horee, ada temen
senasib :D). Entah mengapa, kami merasa dekat dengan ibu tersebut meski belum
saling mengenal sehingga tak terasa kami telah terbawa dalam perbincangan yang
seru. Beliau memberi kami beberapa pesan tetang Islam, mengajak kami
berkenalan, menceritakan sedikit tentang keluarganya bahkan berulangkali
mendoakan kami. Salah satau pesannya adalah jangan takut berpetualang,
mengelilingi tempat yang belum pernah di kunjungi karena kita tidak akan pernah
sendiri, karena di manapun tanah yang kita pijak adalah milik Alloh, dan Alloh
akan mempertemukan kita dengan saudara kita yg baru (hmm, dalam banget kan).
Bahagia sekali bisa dipertemukan dengan beliau yang sangat care, yang
bahkan sebelum kami berpisah, beliau meminta nomor hp kami satu-persatu
sehingga kami pun saling bertukar nomor hp. Pokoknya malam itu sangat lengkap
rasanya, dipertemukan dengan saudara baru juga seorang ibu sebagai ‘orang tua’
kami (di Jogja). Alhamdulillah..
Semoga Alloh memberi keberkahan
atas pertemuan terutama dengan saudara-saudara seiman, meskipun dengan berbagai
perbedaan. Bukankah perbedaan itu indah, karena pilihan yang berbeda itu
membuat jalan hidup ini lebih mudah dilalui, karena perbedaan itu membuat kita
saling melengkapi J
0 komentar:
Post a Comment
silakan memberi komentar: