06 April 2009

Membaca, membuka cakrawala dunia

Seorang pemimpin dapat mengetahui segala hal dengan membaca. Orang berpendidikan yang jarang membaca dapat dikalahkan oleh orang yang tidak pernah sekolah sekalipun, namun rajin membaca. Banyak murid bahkan dapat lebih pandai daripada gurunya jika ia rajin membaca.


Mengapa dengan membaca?

Dalam konteks agama Islam, kata “bacalah” adalah perintah pertama dari Allah yang disampaikan pada Nabi Muhammad SAW melalui perantara melaikat JIbril. Pernahkah anda berfikir, mengapa harus kata ”bacalah” dan bukan kata yang lain?

Membaca adalah suatu aktivitas yang membutuhkan konsentrasi dan penalaran yang baik. Saat kita membaca, mata melihat deretan tulisan, dan otak menerjemahkan susunan huruf-huruf menjadi kata dan kalimat yang memberi arti. Ketika membaca, seseorang dapat menjelajah keluar “dunia yang sesungguhnya”, berkeliling menikmati indahnya kota-kota penting di setiap Negara, menemui orang-orang yang berada di belahan bumi yang lain, bahkan dengan membaca kita bisa menemui segala hal yang pernah ada ratusan tahun sebelum kita dilahirkan. Anak kecil yang dibiasakan dibacakan dongeng oleh orang tuanya ketika akan tidur biasanya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi karena adanya imajinasi dari dalam dirinya yang dapat membantu proses belajar anak-anak menjadi lebih optimal. Anak-anak yang terbiasa membaca sedari kecil akan mendapatkan tambahan pengatahuan yang tidak diajarkan di sekolah maupun yang tidak dia lihat dalam kehidupannya sehari-hari.

Seorang pembicara ternama, Jim Rohn, bahkan mengatakan bahwa kita dapat menjadi pakar dalam suatu bidang jika kita hanya mau menginvestasikan waktu 1 jam setiap hari selama 5 tahun untuk mempelajari buku-buku mengenai bidang tersebut. Hal itu baru jika kita mau meluangkan waktu 1 jam dalam sehari. Mari kita bayangkan jika kita membaca lebih dari 1 jam bahkan berjam-jam dalam satu hari, pasti akan lebih banyak bidang yang dapat kita kuasai. Akan lebih hebat lagi jika proses membaca itu sudah berlangsung sejak anak-anak, pasti masa tuanya hanya tinggal menunggu menuai buah dari ilmu yang telah tersimpan.

Namum sayangnya, kegiatan membaca sepertinya belum membudaya di negeri ini. Tingkat membaca Negara Indonesia yang sudah merdeka sejak tahun 1945 harus rela dikalahkan oleh tetangga sebelah seperti Malaysia, Singapura, bahkan Filipina yang baru merdeka beberapa tahun setelah Indonesia. Seharusnya kita bisa becermin pada Negara maju seperti Jepang yang mempunyai budaya gemar membaca, meskipun pada saat ini teknologi sudah semakin maju, namun budaya membaca di Negara yang pernah menduduki wilayah Indonesia selama 350 tahun itu tidak juga luntur tergerus derasnya arus perkembangan zaman.

Tidak salah jika semakin lama Indonesia semakin banyak dikalahkan oleh Negara lain. Tapi, yang pasti tidak ada kata terlambat untuk melakukan suatu hal yang baik dan perlu diingat bahwa penyesalan bukanlah penyelesaian. Yang perlu untuk kita koreksi adalah sudahkah kita dan orang orang di sekeliling kita mulai membaca? Jika belum, maka mulailah dari sekarang dari diri kita sendiri. Dengan begitu, kita memberikan kontribusi pada Negara ini demi kehidupan bangsa yang lebih baik.

4 comments:

  1. Sudah bisa dikatakan bahwa hampir semua orang telah mengetahui keutamaan membaca, tapi yang menjadi permasalahan adalah rasa malas ketika membaca. nah adakah cara yang terbaik untuk membiasakan diri untuk gemar dalam membaca. klo baca buku novel AAC sih aku bisa semangat, tapi klo baca buku2 pelajaran yang kurang begitu suka, baru baca dikit aja udah ngantuk.....???!!!

    ReplyDelete
  2. bisa tuh dimulai dengan membaca buku2 yang disuka dulu... baru pelajaran.
    kalo gak, baca buku pelajarannya dari bab yang seru dulu, nah setelah bab itu selesai pasti penesaran karena membacanya acak, ketika penasaran itulah baru kita lanjutkan ke bab lainnya yang berhubungan dengan yang sudah dibaca..
    thanks 4 the comment

    ReplyDelete
  3. kalo di kita gemar bermain smartphone dan media sosial, bukan membaca

    ReplyDelete

silakan memberi komentar: