Lebaran merupakan salah satu
momen yang sangat ditunggu-tunggu, salah satunya pasti karena ada tradisi mudik
yang membuat keluarga baik dekat maupun jauh saling menyempatkan diri untuk
bersilaturrahim saling mengunjungi dan saling bermaaf-maafan selepas menjalankan
ibadah di bulan suci Ramadhan. Akan ada juga masakan-masakan khas lebaran
seperti ketupat, opor, gulai, balado, rendang, srundeng, dan masakan lainnya yang berbeda
pada tiap-tiap keluarga (terbayang kan lezatnya.. hmmm..)
Ngomongin tentang masakan, dulu
saat aku masih kecil, aku benci banget dengan kata-kata memasak,uuuh capek..!!
(sueeer, beneran deh) bayangin, untuk memasak satu masakan saja harus ngupas
bumbu, nyuci bahan-bahan, memotong, memasak, belum lagi ngebersihin perangkat
memasak yang kotor sehabis digunakan dan kadang hasil masakan pun tak jelas.. aaaah
bete.. bukankah lebih enak beli jadi? Pikirku saat itu..
Aku juga ga habis pikir, kenapa orang
tuaku terus menyuruhku untuk belajar memasak, apa lagi nenekku.. (beliaulah chef
terhandal di keluarga besarku) selalu ada saja alasan entah karena aku wanita,
dan alasan lainnya yang membuatku mati kutu, terpaksa menuruti keinginan mereka
belajar memasak meski dengan wajah terlipat-lipat..hehe... #saat itu aku kelas
3 SD
Lama-kelamaan akhirnya aku mulai enjoy
memasak, kadang juga malah ketagihan memasak, kok bisa? Bukan karena aku sudah
pandai memasak loh.. #salah besar jika beranggapan seperti itu.. (bahkan hingga
kini, aku masih tetap saja anak kecil yang belum sepenuhnya bisa memasak,
khususnya ketika memasak bersama nenekku masih harus menunggu instruksi
ini-itu, haha..). Melainkan karena sekarang aku semakin mengerti hakikat dari
memasak, ahaha.. sok berat kata-katanya.. ^_^
Jadi inget salah seorang dosenku
yang merangkap sebahai praktisi kesehatan alternatif dan konsultan keluarga
pernah menyampaikan di sela-sela kuliahnya bahwa salah satu yang membuat
seorang lelaki bertekuk lutut pada wanita adalah masalah perut alias makan,
termasuk di dalamnya masalah rasa, ketepatan waktu menghidangkan makanan, dan
bagaimana cara seseorang menghidangkan makanan. Sepertinya memang remeh sih..
tapi dalam kuliah itu, dosenku benar-benar berkata dengan serius, bahwa itu merupakan
salah salah satu kunci rumah tangga menjadi langgeng, ciyeee.. (tuh catet
baik-baik buat yang ingin segera berumah tangga, kalo perlu habis dicatet
ditempel di jidat biar ga lupa, loh???)
Salah satu sobatku yang udah nikah pun pernah
tuh curco, waktu awal nikah dia dan suaminya sepakat untuk ga mau repot-repot
masak alias pilih beli jadi aja biar ngirit (mungkin cukup setaun sekali-dua
kali aja yaa masaknya.. hehe piss.. Cuma becanda *barangkali dia juga ikut
baca..) tapi setelah tau dari sebuah kajian bahwa masakan seorang istri/ibu itu
lebih berkah, mencerdaskan, dan lebih banyak memiliki keunggulan, akhirnya
suaminya pun meminta untuk memasak sendiri saja dan mengurangi membeli masakan
jadi kecuali jika terpaksa.. (apalagi
masaknya berdua saja.. pasti juga lebih..***** wah kok jadi nyerempet ke
mana-mana yaa.. ups sorry ^_^).
Tapi beneran deh, aku ngrasain
banget pas harus lama meninggalkan rumah, salah satu yang dikangenin pasti
masakan ibu, sesederhana apapun masakannya, seenak apapun masakan di luar sana
emang masakan orang tercinta mengalahkan segalanya (terutama kalo’ udah lama ga
ngrasain, ga percaya boleh tanya orang rantau tuh.., iya kan?).
Kini, bagiku memasak adalah
ekspresi cinta, why? soalnya memasak itu membutuhkan perasaan (selain alat
& bahan yang akan dimasak tentunya..ahaha..). Biasanya seseorang bisa
memasak enak jika perasaannya sedang baik (yg ini emang cewek bangeet..), tapi
emang bener loh, kalo lagi bad mood pas masak bisa2 makanan jadi gosong,
lupa bumbu, dan bisa terjadi kekacauan lain saat memasak. Dengan menghadirkan
cinta saat memasak, Insya Allah masakan akan menjadi spesial, meski ga pake
telor.. dan lebih enak, meski ga pake panyedap.. (apalagi kalo yang masak
sambil berdoa saat masak biar masakannya berkah, belum lagi do’a kebaikan untuk
yang akan menyantap..pastinya tu masakan jadi luarrr biasa istmewa.. (do’a
tukang masak ga diperjual belikan loh di warung-warung makan biasa ^_^)
Sepertihalnya nenekku yang selalu
menyempatkan memasak hampir semua jenis masakan yang disukai anak-cucu, tiada
yang meminta bahkan memaksa, hanya karena ingin membahagiakan orang tercinta,
selelah apapun, sungguh tak lagi dirasa, kalah oleh rasa bahagia saat melihat orang
tercinta puas menikmati masakan khas yang lezat tak tertandingi..
Itulah ungkapan cinta terindah
yang sempat kurasa dari seorang nenek saat lebaran tiba, cinta memang tak harus
diungkapkan dengan kata-kata, bahkan sebuah masakan pun bisa mengungkapkan
betapa seserang mencintai kita dan sebaliknya..
Salam cinta, mohon maaf
lahir&batin, semoga bisa diambil hikmahnya ^_^
0 komentar:
Post a Comment
silakan memberi komentar: