22 April 2015

Saat (kembali) bertemu "Bapak"

Pagi itu kedua orang tuaku memulai aktivitas lebih awal, bahkan  mereka sudah selesai mandi seusai shalat malam padahal subuh belum tiba. Sempat penasaran, ada apa gerangan? Namun urung kubertanya, masih sibuk membuka jalinan bulu mata.. 

Aku masih (sok) sibuk di kamar setelah subuh, melakukan aktivitas harian. Sejenak ibu menghampiri dan bertanya, 
"Lho, kamu kok belum siap-siap?" 
"............." aku hanya diam tak menjawab, karena seingatku Jumat ini hari libur.
"Kan kita mau ikut Kuliah Subuh Jumat Pagi.. Ayo buruan siap-siap.." Ibu mengingatkan sembari memintaku segera bersiap.
Singkat cerita kami sekeluarga pun bergegas pergi ke lokasi kajian. Bapak menyetir agak ngebut, agar tak terlambat sampai tujuan. Sesampainya di sana, terlihat kendaraan sudah meluber, menutupi bahu jalan. Jam menunjukkan pukul 6 lewat sedikit. Entah berapa menit lewatnya, yang kutahu kajian sudah dimulai dengan berdoa bersama. 

Kami kemudian masuk ruangan yang sudah dipenuhi ribuan jamaah pengajian. Alhamdulillah.. beruntung sekali kami masih mendapat (sisa) kursi kosong di dalam ruangan. Doa bersama pun dilanjutkan dengan kultum oleh seorang santri SMP yang dibawakannya dengan apik. 

Perlahan rasa haru mulai menjalar di dada. Kultum oleh anak SMP itu mengingatkanku pada hal yang serupa di masa lalu. Saat pengisi kajian (Pak Zen Fanany) membawaku ke hadapan jamaah, memintaku mengisi kultum (tentunya setelah berlatih sekian lama), sebelum beliau menyampaikan materi kajiannya. Ah.. bahkan aku hampir lupa pernah melakukannya.. :')
(maklum, suka balik bandel pasca terbebas dari asrama, haha..)

Beliau guru istimewa, rela memilih hidup sederhana agar bisa menularkan ilmu pada masyarakat dan santri-santrinya ketimbang jabatan tinggi yang ditawarkan padanya. Tak seperti kebanyakan ulama, yang biasa menyandang gelar ustadz, haji, ataupun, kyai. Cukup dengan kata "Bapak", beliau biasa di sapa, sungguh terasa dekat dan mendekatkan.
Saat kini usianya mencapai 80an tahun, beliau masih terlihat sehat, bugar, pun masih setia dengan aktifitas bangun tidur lantas mandi, shalat malam, kemudian membaca hingga waktu shalat subuh tiba. Bahkan masih rajin menulis (salah satunya materi kajian) dan juga aktif menjelajah dunia maya. Meski sudah sepuh, tampilan beliau ketika mangisi kajian pun masih tetap memesona, rapi dengan setelan jas lengkap disertai dasi dan peci. Luar biasa!

Ada rasa yang tidak bisa diungkapkan ketika menyimak setiap kata yang beliau sampaikan dalam kajian. Terlebih ketika membaca lembaran materi kuliah subuh yang sudah mencapai halaman 2692-2693, kali ini dengan judul Lemah Lembut dan Kasih Sayang. Salah satu hadits beliau ambil dari Shahih Muslim juz 2, halaman 433:

"Barang siapa terhalang lemah lembutnya, dia terhalang kebaikannya"

Juga tentang kisah Rasulullah yang melarang istrinya, Aisyah, yang menjawab salam (buruk) orang Yahudi dengan jawaban kasar. Padahal jelas-jelas orang tersebut memusuhi beliau.
Jika dengan musuh pun kita harus berlemah lembut, bagaimana dengan saudara seiman? Jlebb bangeet. Jadi sedih melihat fenomena saat ini, sesama muslim masih sering saling menjelekkan :(


Usai kajian, kami sekeluarga menyempatkan menghampiri "Bapak". Cukup banyak jamaah yang ingin menemui beliau sehingga kami harus masuk jalur antrian. Saat giliranku berada di depan beliau, iseng aku bertanya..
"Bapak masih ingat dengan saya?" Agak ragu apakah Bapak masih ingat, karena sudah sekitar 10 tahun berlalu dari saat terakhir beliau mengajarku.
Keraguanku pun akhirnya terjawab, yey.. beliau berhasil menyebutkan nama panjangku dengan tepat seraya bertutur,
"Bapak masih ingat, dulu kamu pernah sms Bapak saat bapak di Makkah kan? bla..bla..bla.." 
Aku pun tersenyum (malu) mendengar jawaban Bapak, yang tak sekedar menjawab dengan lengkap namaku namun juga nama beberapa temanku sambil terkekeh. 
Kepalaku dipenuhi ingatan ketika beliau berangkat haji (hampir tiap tahun beliau berhaji untuk mendampingi jamaahnya) di tahun ke-3 aku berada di SMP, temanku memberiku no hp "Bapak" ketika beliau berada disana. Niatku cuma minta doa (tanpa berharap balasan sms). Setelah sms terkirim, memang tak ada balasan sms, justru Bapak dengan riang hati menelpon dari tanah suci demi membalas sms dari santrinya. Speechless. Sungguh aku tak pernah lupa kenangan indah itu :')

Jikalau saat ini ada kebaikan yang kumiliki, pastilah itu (salah satunya) karena doa tulus guru, keluarga, teman, dkk. Sepertihalnya doa Bapak untuk santri-santrinya.. Semoga Allah membalas dengan kebaikan yang lebih baik.. :')

Alhamdulillah.. Pertemuan kali ini mengingtkan pada banyak hal, menambah ilmu dan kesyukuran.. :) 

Terakhir, kutulis salah satu doa yang dulu sempat Bapak ajarkan pada santri-santrinya (ingin kutulis biar ingat, karena sebelumnya sempat lupa). Doa husnul khatimah..
Semoga Allah mengabulkan..

اللهم اجعل خير عمري أخره و خير عملي خواتيمه و خير أيامي يوم لقائك
Allaahummaj’al khayra ‘umrii aakhirahu wa khayra ‘amalii khawaatiimahu wa khayra ayyaamii yawma lliqaa’ika
“Ya Allah jadikanlah sebaik-baik umurku pada ujungnya dan sebaik-baik amalku pada akhir hayatku, dan (jadikanlah) sebaik-baik hariku yaitu hari ketika aku bertemu dengan-Mu (di hari kiamat)”



Magelang, 
pertengahan April 2015 :)


2 comments:

  1. setelah membaca cerita indah penuh dg sebuah kenangan manis yg membawa keberkahan hidup ini..... Bapak ZEN FANANY adl seorg yg sangat luar biasa dlm memberikan pelajaran agama dan ilmu pengetahuan umum terhadap kita semua. ketika beliau berada di tanah suci saya jg msh belajar di pesantren Muh tempuran.saya rindu kepada bapak dan ibu di tempuran.... salam hormat saya bapak dan ibu. taufik ismail kalimantan timur balikpapan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih sudah berkunjung. Terakhir adek saya (sekitar sebulan yang lalu) yg menyempatkan sowan ke rumah pak Zen, Alhamdulillah beliau masih sehat bugar.

      Delete

silakan memberi komentar: