01 June 2009

KITA DAN SURGA PERTANIAN INDONESIA

Kata orang, Indonesia adalah negeri yang kaya, subur, penyandang gelar “gemah ripah loh jinawi”. Indonesia menjadi incaran setiap mata, bak primadona, menjadi rebutan bagi setiap penguasa bumi. Ya, sejak dulu, dongeng indah tentang Indonesia diakui pernah ada, namun betapa miris jika ternyata kini masyarakat Indonesia banyak yang menjadi budak di negeri sendiri. Berbagai kekayaan tambang dan industri Indonesia dikuasai Negara Asing, tidak jauh berbeda dengan pertaniannya. Indonesia yang seharusnya menjadi “surga” pertanian dunia, harus menelan rasa pahit karena harus kalah dengan Negara tetangga yang notabene tidak sesubur Indonesia. Mimpi memang kadang tidak seindah kenyataan, tetapi haruskah kita berdiam diri saja? Tentu tidak, berbagai hal dapat kita lakukan untuk mengubah kenyataan yang kita terima saat ini. Sebagai orang yang langsung bersinggungan dengan dunia pertanian, seharusnya banyak yang bisa kita lakukan untuk menangani berbagai masalah pertanian.
Percaya nggak percaya, sepertinya kita tetap harus percaya bahwa kita dapat menjadi agen of change dunia pertanian Indonesia. Bagaimana caranya? Yaitu dengan cara menerapkan kemampuan yang kita miliki dengan sebaik-baiknya. Sebagai mahasiswa yang masih muda tentunya kita dapat menggali ide-ide kreatif dari beragam aspek yang dapat diupayakan untuk menjadikan sector pertanian ini menjadi lebih maju. Tentu upaya-upaya untuk mencapai tujuan ini akan saling berbeda antar kelompok atau individu tergantung dengan kemampuan yang kita miliki, seperti pepatah banyak jalan menuju Roma. Tentunya akan banyak jalan berbeda yang dapat ditempuh dan perbedaan ini bukan masalah selama main goal-nya masih sama. Contoh riil berbagai hal yang dapat kita lakukan misalnya dengan membuat kedelai jenis baru yang dapat menyaingi kedelai impor sehingga dapat menurunkan ketergantungan impor kedelai, menemukan bakteri halofil yang bersimbion dengan akar tanaman sehingga tanaman dapat ditanam pada lahan yang kadungan garamnya tinggi (misal tepi pantai), ataupun yang asidofil sehingga dapat ditanam di lahan gambut yang pH tanahnya sangat asam, dapat juga dengan menghasilkan biopestisida yang dapat menangani hama dengan efektif dan efisien tanpa menyebabkan efek samping yang dapat mengoptimalkan hasil pertanian dan meningkatkan nilai ekspor atau juga dengan membuat system pertanian baru yang dapat memperlancar proses produksi hingga pengolahan dan pemasaran serta pendayagunaan limbah pertanian sehingga efisiensi produk pertanian dapat meningkat. Terakhir, perlu juga adanya perubahan kebijakan pertanian yang dapat berpihak pada kemajuan sector pertanian seutuhnya.
Jika berbagai hal di atas masih terlalu berat untuk kita lakukan, pasti ada cara lain yang dapat kita lakukan sesuai kemampuan kita seperti dengan menghemat pemakaian beras atau juga dengan tidak menyisakan mekanan yang kita makan. Mungkin sebagian orang tidak percaya betapa besar penghematan yang kita lakukan jika kita melakukan hal ini, untuk membuktikannya mari kita berhitung sejenak. Penelitian menunjukkan bahwa tiap orang dalam sekali makan menyisakan sekitar 20-30 butir nasi. Sedangkan dalam satu gram beras itu terdapat kurang labih 80 butir beras. Jika setiap orang makan nasi setiap harinya sebanayak tiga kali maka nasi atau beras yang terbuang sekitar 60-90 butir beras yang setara dengan 1 gram beras perhari. Jumlah itu jika dikalikan dengan jumlah total penduduk Indonesia kira-kira 200 juta orang yang makan nasi (selebihnya dianggap memakan makanan pokok yang lain) maka pemborosan beras di Indonesia setiap hari yaitu sebesar 200.000.000 gram per hari setara 200 ton perhari. Jika kita ingin tahu berapa pemborosan dalam satu tahun, maka tinggal kita kalikan 365 hari maka pemborosan beras dalam satu tahun kurang lebih sebesar 73.000 ton. Padahal hal ini belum ditambah dengan cara memasak yang sering berlebihan ataupun adanya nasi sisa yang mengering di bakul tempat nasi ataupun di penanak nasi. Sekarang, waktunya kita untuk melakukan penghematan dengan tidak memubadzirkan makanan. Percaya kan kita dapat menjadi agen of change pertanian Indonesia?? Yuk kita mulai dari diri sendiri, tentunya dimulai dari sekarang… ^_^

2 comments:

  1. Tulisan sudah cukup menggugah semangat. Lebih ditingkatkan lagi.semangat.

    ReplyDelete
  2. siip boss, thanks 4 the spirit..^_^

    ReplyDelete

silakan memberi komentar: