25 May 2012

jodohmu di depan matamu (II)



Kelaziman dalam pernikahan yang salah kaprah

bukankah lazim ≠ benar? Lantas kelaziman apa saja sih yang biasanya ada dalam pernikahan dan seingkali menjadi sumber permasalahan, simak yaa.. J

·         Mengeluhkah suami/istri = mengeluhkan diri sendiri
Ingatlah, bahwa kita dan pasangan itu biasanya berada pada kelas yang sama (sebelas-duabelas), Alloh memasangkan seseorang itu setara dengan pasangannya.  Jadi, jika anda mulai mengeluhkan “kekurangan” pasangan pasti anda juga akan menemukan kekurangan (yang sama/ setara) dalam diri anda sendiri, (mulai ngangguk2 dalam hati kayaknya :D). Hayo malu ga tuh ngeluh2 lagi?? :P

·         Terima saya apa adanya = nol besar
seperti yang tadi dijelaskan, memang kelas anda dan pasangan kurang lebih sama, namun pasti ada kekurangan dan kelebihan masing-masing. Perlu diperhatikan nih bagi yang memiliki pasangan yang pada aspek tertentu, kebersihan misalnya nyaris sempurna, sedangkan anda nilainya mendekati nol, pantaskah anda mengatakan terima aku apa adanya? Kalo masih berani bilang seperti itu, wah muka tembok bener deh, lakukan perbaikan dong..
Jika hal seperti ini dibiarkan terus menerus niscaya keluarga anda tidak bisa tumbuh dan berkembang.

·         Mengalah = menekan pegas
siapa sih yang tahan mengalah terus menerus, meskipun tahan, apakah akan berujung baik? Mengalah jika terus terusan lama-lama bisa nendang balik seperti kalau kita nggencet pegas, juga menjadi bom waktu yang bisa meledak kapan saja. So lagi2, daripada terus2an mengalah mending perbaiki komunikasi.

·         membiarkan = mengalirkan air ke comberan :D
Melakukan pembiaran sama saja membawa pernikahan menuju jurang kehancuran. Sama saja kan dengan mengatakan biarlah mengalir seperti air, lah kalau mengalirnya ke comberan? Untuk  itu alirannya harus di arahkan, agar masuk ke tempat yang tepat dengan melakukan perbaikan bersama2
J

·         Lupa hukum alam “memberi-menerima”
seperti petani, untuk mendapat kan hasil panen yang baik dia tak sekedar menanam lalu ditinggalkan begitu saja, melaikan tanaman yg ditanam juga harus disiram, dipupuk, disiangi, dibasmi hamanya, baru ia akan mendapatkan hasil yang baik.
begitu juga dengan memberi (khususnya mencintai), seseorang bisa memberi tanpa mencintai, namun tidak akan bisa mencintai tanpa memberi.
So, yg mau nikah nih biasanya tuh kan ngebayangin akan “mendapatkan” dari pasangan, sebaiknya hilangin mulai sekarang, ganti dengan “memberi”. Karena jika mengharap terlebih dahulu (apalagi yg mengharap dua2nya), akhirnya malah sama2 nggak dapat kan?, nah kalau memberi dulu, ibarat petani yg menanam dg baik, Insya Alloh akan berbuah baik bahkan mungkin lebih dari yang kita harapkan. jangan sampai keluarga dapat energi sisa.

·        5 tahun pertama ≠masa kritis pernikahan
salah besar jika ada yang mengatakan seperti itu, banyak loh orang yang cerai pada usia pernikahan belasan tahun, bahkan lebih dari 20 tahun. Why?? karena penyesuaian diri dalam pernikahan tidak hanya terjadi pada 5 tahun pertama, bahkan pernikahan itu sesungguhnya proses pengenalan dan penyesuaian yang tiada akhir bahkan selamanya, selama ikatan pernikahan masih terjadi. Disadari atau tidak, manusia akan selalu berubah seiring berjalannya waktu, entah karena perubahan cara berfikir, lingkungan, umur, anak-anak yang semakin banyak, semuanya harus diikuti oleh penyesuaian.

·         Ada privasi??
ups, ini nih.. seharusnya setelah menikah tidak ada lagi yang namanya privasi, jadikanlah suami/istri sahabat & patner terbaik anda. Kalau selama ini password FB, twitter, laptop, dll kita rahasiakan, ketika menikah saatnya rahasia2 itu saling dibagi, biar ga kebanyakan suudzon. Justru harus dipertanyakan tuh kalo ga mau berbagi, hehe..

·        Orang ke 3 ≠ penyebab
jika ada yang bilang orang ke 3 adalah penyebab runtuhnya rumah tangga, ternyata salah besar (saya juga baru tau pas seminar nikah nih..). Jika sampai ada orang ke 3, sudah dipastikan sebenarnya pernikahan itu sebelumnya sudah mengalami “sakit”, atau minimal gejala “sakit”. Kok bisa? Ya mungkin karena komunikasi yang kurang baik antara suami-istri sehingga salah satunya atau kedua2nya mencari “tempat” yang bisa memahaminya, yang ujung2nya adalah kehancuran bukanya perbaikan. Jadi jika ada masalah sebaiknya melakukan perbaikan komunikasi terlebih dahulu berdua, jika masih sulit cari perantara yang tepat, yang bisa dipercaya yang lebih berpengalaman.
yang harus diingat dan dijaga adalah bahwa aib suami = aib istri, kekurangan suami = kekurangan istri, jadi menceritakan kekurangan pasangan pada orang lain = menceritakan kekurangannya sendiri. Begitu juga pada anak, jangan sampai menceritakan kekurangan pasangan pada anak ,karena itu akan membuat anak kehilangan kepercayaan kepada orang tuanya. Semoga dengan menjaga kekurangan orang lain terutama orang terdekat kita, kekurangan kita akan senantiasa dijaga oleh Alloh..

·         Bahagia ≠ bebas konflik
bahagia bukan berarti semuanya berjalan dengan aman tentram damai, ada kalanya permasalahan menjadi batu-batu yang bisa menjatuhkan, namun bukankah jika bisa bangkit lagi dengan cinta lebih besar, dengan ketentraman yang lebih dalam, itu merupakan kebahagiaan yang luar biasa? Bahagia kadang tidak bisa dilihat dari luar, namun bisa dirasakan. Tidak banyak konflik bukan berarti dia pasti bahagia, orang yang sedang perang dingin, meskipun dia serumah, bahkan seranjang, tidak pernah berselisih paham (karena ngomong pun ga pernah) mungkin di depan orang lain bisa saja tersenyum, tapi itu hanya bungkusnya (agar terlihat bahagia), di dalam hatinya siapa tahu?

Lama2 panas juga ya, baca tulisan yang judulnya nikah tapi isinya menohok semua, hehe.. masih mending loh baca, daripada pas ikut seminarnya, sampe pucat pasi deh :D
biar ga tambah panas, biar berakhir nyenengin makanya banyak2 belajar untuk menikah yuuk..
because knowledge is power
tentu ga sebatas knowledge alias pengetahuan saja tapi juga wajib hukumnya melengkapi dengan skillnya, seperti halnya ga cukup jadi orang baik, tapi harus berilmu juga (biar ga kejebak bid’ah, hehe..) 

salah satu ilmu yg terpenting adalah komunikasi, komunikasi itu tidak sebatas bicara, body language juga, makanya ngaca dulu kalo perlu, wajah kita nyenengin apa bikin sebel sih? Kan ada tuh yang sebenarnya “biasa” tapi setelannya wajah marah terus, nah yang kayak gitu perlu direparasi dulu,hehe..
selain itu timing, kondisi, pilihan kata, intonasi juga harus tepat. Contoh: sama2 minta membuka pintu, yang satu bilang gini “buka pintunya!!”  yang satu lagi, “Yang, minta tolong bukain pintu dong, makasih” lebih nyaman mana didengar dan ikhlas mana kalo mau ngebukain? :D

Selanjutnya harus mengenali pasangan tidak sekedar merasa kenal, tapi LEBIH PENTING kenali diri sendiri, seperti tadi lihat dulu setelan wajah kita, menjadi pendengar yang baik karena Alloh memberi 2 telinga & 1 mulut bukan sebaliknya, lihat juga kekurangan kita yang lain lalu perbaiki.
the last, kunci hubungan jangka panjang = kenyamanan
kata pak noveldy: yang dicari pria adalah pelabuhan yang nyaman, jadi wanita yang baik adalah yang berusaha untuk menjadi palabuhan yang nyaman dan pria yang baik adalah yang membantu pasangannya menjadi pelabuhan terbaik baginya.

Tapi, dari kesemuanya yang paling penting dari yang terpenting adalah belajar mengenali, mencintai pencipta kita, pasangan dan pencipta segalanya yaitu Alloh, termasuk mempelajari kalamNya dan tuntunan dari  Nabi kita, karena itu semua adalah dasar hidup kita.
Alloh yang pertama, Alloh yang utama, hanya cinta karena dan dari Allohlah yang takkan sirna.

Kebahagiaan pernikahan tidak untuk ditunggu, namun diusahakan
semangat belajar , berdoa, berupaya.. selamat menempuh pernikahan yang barokah dan membahagiakan baik di dunia maupun akhirat.. Aamiin
J


0 komentar:

Post a Comment

silakan memberi komentar: